LANGIT7.ID-Riyadh; Petenis cantik Elena Rybakina mengalahkan Ekaterina Alexandrova pada hari Rabu, menyelesaikan babak round robin-nya di Final WTA 2025 dengan kemenangan sempurna.
Si cantik Rybakina melanjutkan penutupan musim 2025 yang gemilang pada hari Kamis, mengalahkan petenis peringkat 10 dunia Alexandrova dengan skor 6-4, 6-4.
Rybakina sebelumnya nyaris gagal memperoleh tempat di Final WTA. Namun, ia menorehkan serangkaian hasil yang luar biasa tepat sebelum Finals, dengan memenangkan Ningbo Open dan akhirnya lolos mengungguli Mirra Andreeva.
Jika mengabaikan 'kekalahan' karena walkover di Japan Open, pemain asal Kazakhstan itu kini telah memenangkan sembilan pertandingan beruntunnya di Tur WTA.
Si cantik Rybakina diharapkan dapat membawa performa baiknya ini ke semifinal, di mana ia akan berhadapan dengan salah satu dari Aryna Sabalenka, Jessica Pegula, atau Coco Gauff.
Kisah si cantik Rybakina menuju Riyadh ini memang menarik. Sementara enam petenis tunggal pertama yang lolos ke Final WTA menikmati kemewahan libur lebih dari seminggu, Elena Rybakina justru sedang berjuang keras di Ningbo, China.
Dengan perasaan terdesak dan tanpa ruang untuk kesalahan, ia memenangkan keempat pertandingannya di sana, meraih gelar, dan 500 poin ranking yang sangat krusial. Lalu, ia langsung naik pesawat dan terbang lebih dari 1.000 mil ke Tokyo, Jepang. Rybakina memenangkan pertandingan pertamanya, lalu menyelamatkan satu set point dan mengalahkan Victoria Mboko di perempat final. Kemenangan itu memastikan tempatnya di kejuaraan akhir tahun untuk musim ketiga berturut-turut.
![Petenis Cantik Rybakina Menuju Puncak pada Momen yang Tepat di Final WTA, Swiatex Terpuruk]()
Jumat lalu, setelah penerbangan melelahkan sejauh 5.000 mil ke Riyadh, Rybakina bertemu dengan pers. Setelah empat turnamen dan 11 pertandingan dalam rentang 29 hari, ia terdengar letih.
"Perjalanan yang tidak mudah, itu sudah pasti," kata Rybakina. "Sedang agak jet lag. Saya istirahat beberapa hari. Meski kondisi tidak benar-benar segar, saya pikir begitu kompetisi dimulai, itu tidak masalah, Anda berusaha melakukan yang terbaik."
"Ya, kita lihat nanti apa yang akan terjadi."
Anehnya, yang "terjadi" justru adalah Rybakina sendiri. Dengan kemenangan impresif atas unggulan kedua Iga Swiatek dan unggulan keempat Amanda Anisimova, Rybakina -- yang terakhir lolos ke Final WTA, justru menjadi yang pertama melaju ke semifinal.
Kedua hal itu tidaklah bertolak belakang seperti yang terlihat. Sebenarnya, keduanya terhubung erat oleh satu kata: momentum.
Deret kemenangannya kini mencapai sembilan setelah juara Wimbledon 2022 itu mengalahkan pemain pengganti, Ekaterina Alexandrova, 6-4, 6-4 dalam pertandingan Rabu yang tidak berdampak pada kualifikasi.
Musim ini terasa tidak konsisten bagi petenis berusia 26 tahun yang mewakili Kazakhstan ini. Untuk pertama kalinya dalam empat tahun, ia tidak mencapai final Grand Slam atau turnamen WTA 1000. Di sisi lain, dialah satu-satunya petenis putri tahun ini yang berhasil mengumpulkan kemenangan pertandingan berjumlah dua digit (10 atau lebih) di Grand Slam, turnamen WTA 1000, dan WTA 500.
"Banyak pasang surut sepanjang tahun," ujar Rybakina, "tapi kami berusaha untuk terus membaik, bahkan di akhir musim sekalipun. Saya yakin jika saya tampil baik minggu ini, hasilnya akan luar biasa."
Memanfaatkan Gelombang
Meski tak kasat mata, momentum adalah konsep fundamental dalam fisika. Rumusnya:
p = m × v
Momentum (p) adalah hasil kali dari massa suatu benda (m) dan kecepatannya (v). Angka ini membantu kita memahami bagaimana benda bergerak dan berinteraksi, terutama dalam skenario yang melibatkan tumbukan, ledakan, dan interaksi dinamis lainnya.
Swiatek Gagal LagiSementara itu, Amanda Anisimova "Menikmati Pertarungan" untuk Taklukkan Iga Swiatek dan Lolos ke Semifinal Final WTA
Amanda Anisimova "menikmati pertarungan" untuk mengalahkan Iga Swiatek dalam tiga set dan bergabung dengan Elena Rybakina yang tak terkalahkan ke babak gugur Final WTA.
Dalam pertandingan yang berformat pemenang-lah yang melaju, finalis Wimbledon dan AS Terbuka itu melangkah ke semifinal pada hari Jumat dengan kemenangan 6-7 (3-7) 6-4 6-2 atas petenis peringkat dua dunia asal Polandia itu di Riyadh.
Sebelumnya, Rybakina menyelesaikan babak round robin Grup Serena Williams dengan sempurna setelah mengalahkan Ekaterina Alexandrova 6-4, 6-4. Alexandrova sendiri adalah pemain pengganti untuk Madison Keys yang sedang tidak sehat.
Rybakina, yang gagal melampaui putaran keempat di semua Grand Slam pada tahun 2025, kini sedang menikmati tren sembilan kemenangan beruntun dan hanya kehilangan satu set sejauh ini di turnamen penutup musim ini.
Delapan petenis putri terkemuka dalam nomor tunggal dan ganda sedang bertanding di Arab Saudi, dengan total hadiah uang £12 juta ($15,5 juta) yang diperebutkan.
Di Grup Stefanie Graf, petenis nomor satu dunia Aryna Sabalenka akan menghadapi juara bertahan Coco Gauff, sementara Jessica Pegula berhadapan dengan Jasmine Paolini yang sudah pasti tersingkir, dalam pertandingan round robin terakhir pada hari Kamis.
Anisimova 'Menikmati Pertarungan' Melawan SwiatekPertemuan hari Rabu di Riyadh itu melengkapi trilogi pertemuan Swiatek dan Anisimova di tahun 2025. Trilogi ini dimulai dengan kemenangan mutlak Swiatek 6-0, 6-0 di final Wimbledon, sebelum sang petenis AS membalas kekalahan itu di pertemuan perempat final AS Open mereka.
Dalam set pertama yang sangat ketat, Swiatek (juara 2023) berhasil menahan empat peluang break point, sementara Anisimova yang baru pertama kali tampil di turnamen ini mulai menunjukkan frustrasi atas ketidakmampuannya mengonversi peluang.
Frustrasi itu terus memuncak ketika Swiatek, sang juara enam kali Grand Slam, menguasai tie-break dan menutup set pertama pada poin keduanya, sebagai buah dari ketahanannya.
Setelah meminta wasit untuk mengeluarkan seorang penggemar yang vokal di tribun, petenis Polandia itu kemudian menyia-nyiakan tiga peluang break point di awal set kedua—peluang yang kemudian sangat ia sesali.
Set tersebut berlanjut dengan kedua petinis mempertahankan servis mereka, hingga akhirnya Anisimova berhasil memecahkan servis Swiatek pada momen yang tepat. Tekanannya yang tak henti memaksa Swiatek melakukan kesalahan backhand pada saat set point down.
Swiatek menyelamatkan lima break point di awal set ketiga, namun sebuah double fault pada break point keenam terbukti menentukan. Anisimova kemudian berhasil menahan satu break-back point sebelum menutup pertandingan dengan pukulan forehand winner ke sudut lapangan, menyelesaikan comeback yang gemilang.
"Saya tahu ini akan menjadi tantangan yang sangat berat, saya membujuk diri sendiri untuk hanya mengejarnya," kata Anisimova, unggulan keempat yang juga berusia 24 tahun, kepada Sky Sports.
"Saya berusaha menikmati pertarungannya dan saya pikir saya benar-benar menjiwainya hari ini."(wtatennis/bbc/saf)
(lam)