Istilah menstruasi dalam literatur Islam disebut haid. Dalam al-Qur'an hanya disebutkan empat kali dalam dua ayat sekali dalam bentuk fi'l mudlari/present and future (yahidl) dan tiga kali dalam bentuk ism mashdar (al-mahidl).
Di antara kutukan perempuan yang paling monumental ialah menstruasi. Teologi menstruasi ini kemudian menyatu dengan berbagai mitos yang berkembang dari mulut ke mulut (oral tradition) ke berbagai belahan bumi.
Konsep teologi yang memberikan citra negatif kepada kaum perempuan ialah anggapan bahwa Hawa menjadi penyebab tergelincirnya Adam dari Surga ke planet bumi.
Kehidupan perempuan di masa Nabi perlahan-lahan sudah mengarah kepada keadilan gender. Akan tetapi setelah beliau wafat dan wilayah Islam semakin meluas, kondisi ideal yang mulai diterapkan Nabi kembali mengalami kemunduran.
Ada beberapa ayat sering dipermasalahkan karena cenderung memberikan keutamaan kepada laki-laki, seperti dalam ayat warisan (QS al-Nis'a'/4: 11) juga persaksian (QS al-Baqarah/2:228, Surat al-Nisa'/4:34).
Semua ayat yang membicarakan tentang Adam dan pasangannya, sampai keluar ke bumi, selalu menekankan kedua belah pihak dengan menggunakan kata ganti untuk dua orang (dlamir mutsanna).
Perdebatan tentang kerjasama antara orang Islam dengan non Islam, mengusik Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, Prof Dr.Nasaruddin Umar untuk memberikan pencerahan. Menurut dia, kerjasama antara orang Islam dengan non Islam boleh dilakukan