Kepala BMKG Sebut Musim Hujan Tahun Ini Berbeda, Apa Maksudnya?
Tim langit 7
Selasa, 24 Desember 2024 - 12:05 WIB
Kepala BMKG Prof Ir Dwikorita Karnawati MSc PhD
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyebut, musim tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya karena Indonesia tengah mengalami La Nina Lemah.
La Nina adalah fenomena iklim global yang akibat anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang menjadi lebih dingin dibandingkan biasanya.
“Tahun lalu yang terjadi adalah El Nino dan bersifat kering, sementara tahun ini adalah La Nina Lemah. Hal inilah yang menjadi booster pertumbuhan awan-awan hujan sehingga intensitas dan volume hujan meningkat. Bagi Indonesia, fenomena ini menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir sebagian besar wilayah yang berkisar 20 – 40 persen,” ungkap Dwikorita.
Situasi lainnya, kata Dwikorita, karena terletak di antara dua benua dan dua samudra, saat ini Indonesia juga tengah dikepung oleh bibit siklon yang mengakibatkan angin kencang, gelombang tinggi, dan cuaca ekstrem.
Baca juga:5 Fakta Penting Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Dijadikan Tersangka KPK
Selain itu, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi Cold Surge (seruakan udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, juga diproyeksikan aktif selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Saat ini Indonesia sendiri tengah berada di puncak musim penghujan. Kondisi ini ditambah La Nina serta kombinasi aktif Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, gelombang Kelvin, serta konvektif lokal di wilayah barat, selatan dan tengah Indonesia memperkuat dinamika atmosfer yang mendukung terjadinya hujan lebat di berbagai daerah,” paparnya.
La Nina adalah fenomena iklim global yang akibat anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang menjadi lebih dingin dibandingkan biasanya.
“Tahun lalu yang terjadi adalah El Nino dan bersifat kering, sementara tahun ini adalah La Nina Lemah. Hal inilah yang menjadi booster pertumbuhan awan-awan hujan sehingga intensitas dan volume hujan meningkat. Bagi Indonesia, fenomena ini menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir sebagian besar wilayah yang berkisar 20 – 40 persen,” ungkap Dwikorita.
Situasi lainnya, kata Dwikorita, karena terletak di antara dua benua dan dua samudra, saat ini Indonesia juga tengah dikepung oleh bibit siklon yang mengakibatkan angin kencang, gelombang tinggi, dan cuaca ekstrem.
Baca juga:5 Fakta Penting Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Dijadikan Tersangka KPK
Selain itu, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi Cold Surge (seruakan udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, juga diproyeksikan aktif selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Saat ini Indonesia sendiri tengah berada di puncak musim penghujan. Kondisi ini ditambah La Nina serta kombinasi aktif Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, gelombang Kelvin, serta konvektif lokal di wilayah barat, selatan dan tengah Indonesia memperkuat dinamika atmosfer yang mendukung terjadinya hujan lebat di berbagai daerah,” paparnya.