Kiamat yang Tak Melulu Menakutkan: Tafsir Spiritual yang Menghibur dan Menenangkan
Miftah yusufpati
            Sabtu, 14 Juni 2025 - 16:07 WIB
            Dalam suasana dunia yang makin tak menentu, tafsir kiamat yang spiritual seperti ini layak digaungkan. Ilustrasi: Ist
            LANGIT7.ID-Nasruddin Hojaselalu punya cara mengecoh yang bijak. Ketika seorang raja bertanya tentang tanggal pasti hari kiamat, sang sufi eksentrik itu menjawab enteng, “Kerahkan rakyat menghitung butir pasir di Pantai Laut Merah, baru aku bisa jawab.” 
Raja bungkam. Humor satir Nasruddin menyampaikan satu pesan terang: tak seorang pun, bahkan seorang raja, berhak mengklaim wangsit soal hari akhir.
Begitu pula Al-Qur’an. Ia dengan tegas menyatakan bahwa kepastian hari kiamat hanya diketahui Allah. Sains boleh memprediksi tabrakan asteroid, pergeseran tektonik, bahkan laju pencairan es kutub, tapi tak satu pun mampu menembus ruang rahasia yang bernama as-sa’ah, detik kiamat.
Dan barangkali, itu sebabnya kita justru lebih takut.
Di layar-layar lebar, kiamat selalu hadir dalam rupa ledakan dan runtuhan: kota-kota luluh, gunung meletus, manusia berlarian panik seperti kutu disemprot racun. Dari Armageddon hingga 2012, Hollywood menjual ketakutan kolektif yang berakar pada imajinasi destruktif.
Baca juga: Kiamat dan Kemunculan Dajjal: Kisah Safi ibn Sayyad
Tapi tafsir Islam memberikan versi lain. Dalam kata “kiamat” sendiri, terkandung makna “berdiri”, bangkit. Kiamat bukan murni kehancuran, melainkan kebangkitan menuju fase baru: akhir dunia, awal akhirat.
            
            Raja bungkam. Humor satir Nasruddin menyampaikan satu pesan terang: tak seorang pun, bahkan seorang raja, berhak mengklaim wangsit soal hari akhir.
Begitu pula Al-Qur’an. Ia dengan tegas menyatakan bahwa kepastian hari kiamat hanya diketahui Allah. Sains boleh memprediksi tabrakan asteroid, pergeseran tektonik, bahkan laju pencairan es kutub, tapi tak satu pun mampu menembus ruang rahasia yang bernama as-sa’ah, detik kiamat.
Dan barangkali, itu sebabnya kita justru lebih takut.
Di layar-layar lebar, kiamat selalu hadir dalam rupa ledakan dan runtuhan: kota-kota luluh, gunung meletus, manusia berlarian panik seperti kutu disemprot racun. Dari Armageddon hingga 2012, Hollywood menjual ketakutan kolektif yang berakar pada imajinasi destruktif.
Baca juga: Kiamat dan Kemunculan Dajjal: Kisah Safi ibn Sayyad
Tapi tafsir Islam memberikan versi lain. Dalam kata “kiamat” sendiri, terkandung makna “berdiri”, bangkit. Kiamat bukan murni kehancuran, melainkan kebangkitan menuju fase baru: akhir dunia, awal akhirat.