LANGIT7.ID, Jakarta - Idul Fitri merupakan hari yang ditunggu-tunggu setiap umat Islam usai menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Idul Fitri memiliki banyak makna. Secara harfiah, Idul Fitri berarti kembali berbuka.
Dalam kalender Islam atau Qomariyah ada dua hari raya, yakni Idul Fitri dan idul Adha. Idul Fitri berarti hari raya berbuka puasa, puasa wajib bagi umat bagi umat Islam selama satu bulan penuh, mulai terbit hingga terbenam matahari.
Meski Idul Fitri memiliki makna perayaan, bukan berarti ibadah menjadi kendur. Banyak literatur hadits menyebutkan, tanda ibadah Ramadhan seseorang diterima jika dia semakin semangat beribadah meski bulan agung telah berlalu.
Baca Juga: Boleh Berbaju Baru Saat Lebaran, Tapi Ingat Rambu-rambunyaUmat Islam harus berusaha istikamah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah atas karunia-Nya karena dipertemukan Ramadhan tahun ini. Di samping itu, doa dilantukan agar bisa dipertemukan Ramadhan tahun depan.
“Hari-hari ini kita berada di momentum Idul Fitri, hari yang gembira. Hari yang harus kita syukuri dan itu rasa senang dari Allah Ta’ala, kita memulai dengan membuat orang senang dan menampakkan wajah ceria, tegur sapa yang indah,” kata pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon, Jawa Barat Buya Yahya Zainul Ma’rif di Al-Bahjah TV, dikutip Selasa (3/5/2022).
Buya Yahya menuturkan, Rasulullah Saw bahagia jika ada umat Islam bersenang-senang pada hari raya. Jadi, salah satu sunnah pada hari raya ini adalah bersenang-senang.
Pernah suatu ketika Nabi Muhammad SAW melihat anak muda dari Habasyah menari-nari tradisional. Pemuda itu menari perang melempar tombak, namun hanya semacam tarian bela diri di masjid.
Baca Juga: BCA Syariah Siapkan Rp16,3 Miliar untuk Kebutuhan Nasabah Selama LebaranRasulullah tidak melarang hal itu. Beliau bahkan mengajak ibunda Aisyah untuk melihatnya. Maka hari raya dianjurkan untuk bergembira, berusaha membuat orang lain senang.
Di Indonesia ada tradisi halal bihalal. Semua umat Islam membuka pintu rumah untuk menerima tamu lalu dijamu dengan makanan terbaik. Biasanya, mereka saling bermaaf-maafan dan saling bercerita canda tawa. Hal itu karena kebahagiaan dan keindahan tidak semata-mata dari harta.
“Jadi, yang menjadikan Indah adalah hati kita, biarpun kita tidak bertemu di bulan syawal ini. Ada saatnya bertemu dengan orang tua, tapi ingat di saat seperti ini jangan menjadi orang yang tidak berterima kasih atas apa yang Allah berikan. Kita harus senang, terima semuanya dengan lapang dada,” ujar Buya Yahya.
Baca Juga: Bolehkah Berhubungan Suami Istri Saat Lebaran? Ini Kata Buya YahyaMaka itu, hal yang harus diperhatikan mulai hari ini adalah menata hati. Tidak boleh tertipu daya oleh setan, nanti hati bisa semakin sempit dan semakin gelisah, setan pun senang. Maka yang harus dilakukan pada hari ini adalah bersyukur.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS Ibrahim: 7).
Baca Juga: Doa Saat Safar Mustajab, Perbanyak Berdoa Saat Mudik(zhd)