LANGIT7.ID, Jakarta - Kemacetan di jalur mudik lebaran Idul Fitri 2022 tak terhindarkan meskipun kepolisian merekayasa lalu lintas. Terdapat beberapa catatan evaluasi dari pemerhati transportasi untuk perbaikan dan antisipasi penyelenggaraan lalin mudik ke depan.
Pemerhati Masalah Transportasi dan Hukum, Budiyanto melihat sejumlah kemacetan di beberapa titik jalur mudik terjadi akibat rekayasa lalin dan kondisi jalur mudik. Misalnya, kemacetan di Tol Jakarta - Cikampek sampai Km 41 disebabkan oleh pertemuan arus lalu lintas tol layang dengan arus yang berada dibawah.
“Parkir kendaraan di bahu jalan tol dan kapasitas rest area melampaui batas memperparah situasi saat itu,” kata Mantan Kasubdit Penegakan Hukum (Gakkum) Ditlantas Polda Metro Jaya ini dalam keterangan tertulis.
Kedua, kemacetan di tol Jakarta-Merak mendekati pelabuhan disebabkan volume kendaraan yang tinggi. Pada sisi lain, tidak dimbangi dengan armada pengangkut laut yang memadai sehingga terjadi antrean yang cukup panjang.
Baca Juga: Dua Mekanisme Rekayasa Lalin Kurangi Macet Arus Balik Mudik Lebaran
Ketiga, kemacetan di Tol Cipularang dari arah Bandung ke arah barat Cikampek - Jakarta merupakan dampak One way dari arah Jakarta tol Japek dari km 47 sampai km 414 Kalikangkung. Sehingga terjadi antrean panjang dan mengular selama kurang lebih 7 jam dan sampai terjadi ekses blokade jalan di pintu keluar Cikampek utama arah Bandung.
“Penyebab lain pengguna jalan enggan diarahkan lewat pantura karena alasan macet arus. Sepeda motor dan beberapa kendaraan angkutan barang masih operasi,” kata Budiyanto.
Sesuai dengan SKB antara Kementerian Perhubungan dengan Kementerian PUPR dan Kepolisian, pemberlakuan Ganjil - Genap untuk semua kendaraan bus,mobil pribadi dan angkutan barang dalam praktiknya masih banyak ditemukan pelanggaran. Kemudian SE Menteri perhubungan untuk pembatasan truk atau angkutan barang sumbu 3 sampai 5 juga masih terdapat pelanggaran.
“Mengapa kemacetan masih terjadi pada ruas penggal jalan tersebut saya kira menjadi catatan evaluasi yang penting untuk perbaikan antisipasi pengaturan lalu lintas kedepan,” katanya.
Menurut Budiyanto, pelaksanaan
one way dengan durasi waktu dan ruas jalan yang panjang akan berdampak kepada kemacetan dari arah yang berlawanan. Pada sisi lain akan menimbulkan kejenuhan dari aspek psikologis dan dapat memunculkan sifat emosi pemudik.
Penyiapan armada laut yang tidak memadai berakibat pada antrean kendaraan di sekitar pelabuhan dan berkembang mengularnya kendaraan atau kemacetan. Adanya Tol Layang MBZ dan tol di bawahnya kurang diantisipasi dengan cara - cara yg tepat sehingga berdampak pada kemacetan.
Baca Juga: Polda Metro: Arus Balik ke Ibu Kota Alami Kenaikan Volume Kendaraan
“Sebagai saran, pemberlakuan
one way harus lebih fleksibel dengan tetap memonitor perkembangan situasi lalin yang berlawanan sehingga mampu menerapkan pola pengaturan tepa, baik waktu durasi dan panjang jalan. Kapan diberlakukan
one way atau
contra flow,” imbuhnya.
Kemudian, ruas jalan utama yang terkoneksi dengan pelabuhan harus betul-betul disiapkan armada dan SDM serta sarana pendukung lainnya yang memadai. Adanya tol layang yang berhimpitan dengan tol biasa dapat menimbulkan
hazard sehingga perlu dipersiapkan pola pengaturan tersendiri.
“Antisipasi arus lalu lintas pada hari libur nasional betul harus dipersiapkan pola pengaturan yang tepat disesuaikan dengan karakter kekinian dan ada ruang fleksibilitas untuk.mengurangi dampak negatif yang akan terjadi,” kata Budiyanto.
(jqf)