LANGIT7.ID, Jakarta - Desa wisata terbukti mampu meningkatkan mata pencaharian masyarakat desa. Kunjungan dari wisatawan mampu mendorong pengembangan desa wisata dengan mengintegrasikan akomodasi lokal, daya tarik dan saling melengkapi dibawah tata kelola desa dengan kearifan lokal.
Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sesmenparekraf), Ni Wayan Giri Adnyani menjelaskan dengan tingginya animo masyarakat berkunjung ke desa wisata, kemenparekraf berkomitmen untuk terus mendorong munculnya potensi-potensi desa wisata.
"Hal ini seperti ditunjukkan di Desa Wisata Penglipuran di Bali, di mana desa tersebut mampu menghasilkan lebih dari 1,45 juta dolar AS pendapatan pada 2020," kata dalam keterangan persnya Kamis (16/6/2022).
Baca juga: Festival Teluk Jailolo Jadi Ajang Promosi Wisata Andalan Maluku UtaraMenurutnya, desa wisata merupakan amanat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 sebagai upaya menuju pengalaman pariwisata yang berkualitas untuk pengembangkan pariwisata yang lebih baik.
"Kemenparekraf pun berkomitmen untuk mendorong implementasi pariwisata berbasis masyarakat melalui pengembangan desa wisata. Ada berbagai langkah yang dilakukan Kemenparekraf dalam menggenjot pembangunan desa wisata," ungkap Wayan.
Menurut Wayan, berbagai langkah dilakukan di antaranya program bantuan untuk 244 desa wisata mandiri dari 2021 hingga 2024, Sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan yang sesuai dengan Standar Destinasi Pariwisata Berkelanjutan serta diakui oleh Global Sustainable Tourism Council (GSTC), dan program Indonesia Tourism Village Award.
"Sehingga program desa wisata ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan desa, mendorong transformasi sosial, budaya dan ekonomi desa, mendukung pemerintah daerah yang berkomitmen untuk mengembangkan desa wisata untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, memberantas kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, serta memajukan kebudayaan," ujarnya.
Ni Wayan Giri menyampaikan bahwa pariwisata berbasis masyarakat ini dinilai menjadi salah satu media untuk belajar dan berbagi pengalaman bersama dalam mendorong dan mewujudkan masyarakat setempat menjadi pelaku dan terlibat dalam pengembangan pariwisata di daerahnya.
Baca juga: 11 Objek Wisata di Jabodetabek yang Asyik saat Musim Hujan"Dari segi kapasitas, diperlukan sumber daya manusia yang terampil dalam rangka mengelola kegiatan terkait pariwisata sekaligus menentukan jenis pengembangan pariwisata yang sesuai untuk masyarakat," ujar Ni Wayan Giri.
Kemenparekraf pun mendorong peningkatan kapasitas SDM yang terampil melalui program reskilling, upskilling, sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik dan dapat bersaing.
“Kami juga dari Kemenparekraf bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan yaitu masyarakat (lembaga masyarakat/masyarakat), pemerintah, industri, akademisi, dan media (sebagai katalisator) untuk terus meningkatkan kualitas SDM pariwisata,” ujar Ni Wayan Giri.
(sof)