LANGIT7.ID - , Jakarta - Bank OCBC NISP secara resmi meluncurkan
Financial Fitness GYM (FFG), di The Cove,
Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Kamis (20/10/2022) kemarin.
National Network Head A Bank OCBC NISP, Faren Indirawati Tjong mengatakan peluncuran FFG di PIK sebagai upaya membuat masyarakat Jakarta, khususnya generasi muda,
sehat secara finansial di masa depan.
Baca juga: Tahun 2022 di Depan Mata, Intip 3 Kiat Jaga Kesehatan Finansial Lebih Baik"Dengan adanya FFG PIK ini, Bank OCBC NISP siap bikin Jakarta lebih sehat finansial, dengan mengajak
generasi muda untuk mengasah otot-otot keuangan mereka lewat melakukan Financial Check Up, mengkonsultasikan kondisi finansial mereka serta mendapatkan edukasi dari beragam kelas finansial yang dipandu oleh pakar," tegasnya.
Di FFG, masyarakat dapat belajar mengelola keuangan secara gratis dan untuk mendapatkan hasil yang nyata dengan menerapkan keinginan dan kedisiplinan.
Lebih lanjut, Faren mengatakan pihaknya juga menyediakan Nyala Coach, kemudian menyediakan kelas-kelas sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat untuk menjadi
financial fitt seperti yang diharapkan oleh semua orang.
Sebagai informasi, FFG pertama di Indonesia diluncurkan di
Surabaya pada Desember 2021 lalu. Sementara, FFG di PIK menjadi cabang pertama di Jakarta.
Menurut Faren, kantor cabang inovatif ini didesain secara khusus untuk menjawab kebutuhan generasi muda terhadap sebuah tempat yang menyediakan beragam layanan
perbankan namun jauh dari kesan konservatif.
Baca juga: 5 Resep Finansial Bagi Pasangan Muda Ala Prita GhozieHarapannya, dengan FFG dapat mendorong inklusi dan literasi keuangan di kalangan anak muda Indonesia. Terlebih di tengah laju inflasi dan ancaman resesi, edukasi terkait kesehatan finansial bagi generasi muda yang semakin krusial.
Berdasarkan hasil survey OCBC NISP Financial Fitness Index 2022 menunjukkan skor finansial generasi muda di Indonesia masih rendah, yaitu 40.06. Terlebih, sebanyak 78 persen menyatakan mereka tidak sepenuhnya memahami risiko dan manfaat dari produk investasi.
Mereka cenderung berinvestasi karena mengikuti tren di masyarakat dan menganggap investasi menjadi cara cepat untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Padahal, hanya 22 persen yang benar-benar paham mengenai produk investasi yang mereka miliki.
(est)