LANGIT7.ID - Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Setiap daerah punya adat istiadat berbeda. Aturan di suatu tempat bisa berbeda dengan daerah lain. Terlebih lagi antara Indonesia dan Korea Selatan.
Di negeri ginseng itu, Prida Erni Kesuma, mahasiswi S2 KINGS (KEPCO International Nuclear Graduate School) berbagi pengalaman kepada Sobat LANGIT7.ID, Selasa (7/7/2021). Prida mengaku menerima banyak pertanyaan sepele mengenai busana dan pilihan makanan. Dari busana hingga makanan pun jadi perhatian warga setempat. “Mereka seperti bertanya-tanya saja, kalau melihat saya di tempat umum,” katanya saat dihubungi LANGIT7.ID.
Dia tentu paham. Di mana kaki berpijak, di situ langit dijunjung. Lebih dari itu, Prida tahu warga di sana memang kurang tahu tentang Islam. Teman-temannya di Korea juga sering menghadapi pertanyaan yang sama. Berikut bincang-bincang wartawan LANGIT7.ID, Ilham Saputra, dengan Prida:
![Di Negeri Gingseng, Anda Akan Ditanya Kenapa Pakai Jilbab?]()
"(Prida Erni Kesuma, mahasiswi S2 KINGS)"
Halo, apa kabar? Bisa diceritakan soal pengalaman selama berada di Korea?Pertama kali, saya menjalani karantina 14 hari. Sempat juga puasa Ramadhan di sini. Pengalaman karena saya berjilbab. Mereka kayak nggak pernah lihat. Mereka seperti wonder saja kalau melihat saya di tempat umum. Cuma karena kita menyapa, mereka juga terkesan. Jadi sebenarnya, karena ketidaktahuan mereka sih tentang islam, karena (Islam) minoritas di sini. Selama di sini, mungkin teman-teman di Korea tidak paham Islam.
Rata-rata Budha dan atheis, sebagian kecil Kristen. Mereka heran dan bertanya. Mengapa sih kamu nggak makan pork (daging babi) dan minuman beralkohol. Kalau di sini memang kayak gitu. Tradisi makanan, pasti ada pork-nya dan mungkin sudah seperti itu budayanya. Tidak hanya makanan. Minuman juga, kalau nggak ada pork-nya, ada alkoholnya.
Jadi, memang harus ekstra hati-hati memilih makanan?Iya. Itu yang mungkin membuat teman-teman Korea heran. Mengapa sih mencari yang tidak ada pork dan alkoholnya? Kenapa nggak minum alkohol dan makan babi? Kayak gitu. Seperti di Indonesia yang suka minum teh botol. Mereka heran dan tidak tahu. Tetapi, ketika kita bisa berbahasa Korea, mereka mengapresiasi.
Soal busana, apakah mereka tidak bertanya, kenapa sih pakai jilbab?Iya betul, sampai penasaran. Lucu sih awalnya karena kita tidak ketemu di Indonesia, bukan? Walaupun bukan negara Islam, rata-rata mereka paham, kan? Kalau di Korea kan mayoritas atheis, religion kayak gitu bikin mereka bertanya-tanya. Kamu pakai jilbab itu nggak panas? Apalagi di sini, kan summer. Kan habis spring. Dikit lagi summer lho?
Nah, gimana kalau di sana lagi summer (musim panas)?Mulai summer, teman-teman lepas jaket kan. Kita sebentar lagi mau summer, gitu. Kita biasanya pake kaos lengan pendek, celana pendek. Kamu boleh nggak, pake baju lengan pendek atau celana pendek, kalau kamu bagaimana?
Kalau kita nggak boleh karena kita berjilbab jadi harus tertutup. Kamu nggak kepanasan? Jadi Pendekatan seperti itu harus kita jelasin. Karena memang agama kita seperti ini. Memang semua agama islam seperti itu? Nggak juga tapi itu pilihan. Saya sadari di sini juga ada yang dari negara muslim juga yang nggak jilbab sehingga harus dijelaskan. Karena nggak tahu, perlu penjelasan ke mereka. Intinya mereka harus bisa terima.
![Di Negeri Gingseng, Anda Akan Ditanya Kenapa Pakai Jilbab?]()
"(Prida Erni Kesuma saat berada di Ganjeolgot, Korea. foto: istimewa)"
Kepada para pendatang, khususnya muslim, apakah mereka juga ramah?Ya, selama ini saya tidak pernah diperlakukan rasis. Kalau dilihatin sering, karena aneh kalau tertutup kayak gini (pakai jilbab). Buat mereka aneh. Kalau summer kan mereka akan berpakaian minim. Kalau saya dilihatin, saya tegur. Kalau kita tegur pakai bahasa Korea, Annyeong Haseo, mereka sangat mengapresiasi. Jadi Alhamdulillah, selama ini nggak merasakan rasis. Baik-baik saja.
Di sana, pernah juga bertemu dengan komunitas muslim?Ya. Saat Ramadhan lalu. Kebetulan kampus saya di kotanya, Ulsan. Tapi saya belum ketemu masjid di Ulsan. Masjid tidak kayak di Indonesia, kadang hanya ruko. Kadang di ruko kecil sehingga kita tidak tahu kalau itu masjid. Tapi saat saya ke Busan, di situ ada imam masjid dari Indonesia. Ada komunitas muslim, Busan Moslem Communty.
Di tempat kuliah juga ada. Misalnya, dari Mesir, Turki, Uni Emirate Arab. Ada juga komunitas negara masing-masing. Tapi untuk pengurus masjid itu, 80% orang muslim Korea.
Bagaimana dengan tempat-tempat lain?Ada di sekitar Busan. Nama daerahnya Jhong Guan. Di sana juga ada masjid. Saya bertemu yang rata-rata pengurusnya orang Indonesia. Setiap Jumat, mereka kumpul di masjid untuk silaturahmi. Namun, di Korea ada pembatasan juga. Tidak diperolehkan untuk gathering lebih dari enam orang. Sebelumnya, hanya boleh empat orang.
Jadi, kalau bertemu sesama orang Indonesia, rata-rata komunitas dari masjid?Iya. Kalau di kampus tidak banyak yang muslim. Di angkatan hanya 10 orang. Jadi yang shalat Jumat hanya 4-5 orang. Saat Ramadhan, masjid ditutup. KBRI di Seoul juga ditutup. Semua masjid ditutup, jadi kita tidak bisa shalat Idul Fitri . Untuk Idul Adha, saya tidak tahu.
![Di Negeri Gingseng, Anda Akan Ditanya Kenapa Pakai Jilbab?]()
"(Prida Erni Kesuma saat mengunjungi Manjanggul Lava Tube. foto: istimewa)"
Berarti ketat juga prokesnya, ya?Disiplin banget. Saat sampai di sini pada Februari 2021, masih Covid-19. Saat landing, semua pegawai pakai hazmat dan orang asing tidak boleh ke mana-mana. Lalu naik bus dengan social distancing, di kereta juga. Sampai Busan, kita diswap dan dikarantina di hotel selama 14 hari. Hari ke-12, kita diswap lagi, baru bisa ke kampus. Sampai sekarang kita juga masih pakai masker, suhu tubuh diukur, dan melapor lewat aplikasi.
Jadi, selama di sana, belum pernah ke tempat wisata?Nah, kebetulan saya datangnya masa Covid-19. Tidak banyak tempat yang saya kunjungi karena ditutup. Seperti tempat wisata, pertunjukan, dan restoran. Tidak bisa makan di tempat dan ada pembatasan jam malam. Di sini hanya sampai jam 9. Pas summer sempat ke Jeju. Sepi karena ada pembatasan. Jadi masih banyak yang sepi.
Lalu bagaimana kalau mau mencari makanan halal?Disediakan di kampus. Mereka menyediakan dan melabelkan halal. Kalau di luar sulit. Minimal, harus ada sertifikasi majelis Korea. Jadi makan seafood dan sayur saja.
(sof)