LANGIT7.ID-,Jakarta- - Memperdalam pemahaman tentang Allah merupakan impian setiap
muslim. Namun, mencapai pemahaman yang mendalam tentang Sang Pencipta tidaklah mudah.
Founder Shift Pemuda Hijrah, Ustadz Hanan Attaki, menjelaskan, jalan untuk sampai kepada inti mengenal Allah adalah menghadirkan khusyuk, yakni hati yang penuh dengan penghambaan. Ada olah rasa yang lahir keimanan kepada Allah Ta’ala.
"Kita perlu menghadirkan khusyuk, dan khusyuk itu artinya kita benar-benar mencoba untuk tenang di dalam hati ketika belajar mengenal Allah, karena mengenal Allah itu pakai hati, enggak pakai emosi, enggak pakai pikiran, yang lain itu ngikut," ujar Ustadz Hanan Attaki saat menyampaikan tausiah Ramadhan secara daring, Jumat (14/4/2023).
Baca juga:
Cara Agar Diingat oleh Allah saat Kita SusahMenurut Ustadz Hanan, hati adalah kunci utama dalam memahami Allah. Hati harus menjadi yang pertama, bukan emosi atau hawa nafsu. Kondisi hati yang paling ideal terjadi saat hati khusyuk, atau seringkali terjadi ketika seseorang mengalami banyak masalah.
Namun, Ustadz Hanan menekankan, tidak perlu menunggu masalah untuk dapat merasakan khusyuk. Seorang muslim hanya perlu belajar menghadirkan khusyuk di dalam hati, bahkan ketika hidup berjalan baik-baik saja.
"Itu situasi ketika hati kita lagi khusyuk. Makanya, kalau kita ingin belajar Ma'rifatullah, belajar mengenal Allah, kita perlu menghadirkan khusyuknya hati, jadi libatkan hati," tegas Ustadz Hanan.
Selain itu, menurut Ustadz Hanan, tunduk kepada Allah juga menjadi kunci dalam memperdalam pemahaman tentang Sang Pencipta. "Ketika hati kita tinggi, kayak gimana ustadz hati yang tinggi? ngerasa enggak butuh, enggak butuh kepada apa? minimal enggak butuh kepada nasehat, merasa lebih tahu," paparnya.
Ustadz Hanan menekankan, dalam mencari pemahaman tentang Allah, seorang muslim harus merendahkan hati dan tunduk kepada-Nya. Seseorang tidak boleh merasa lebih tahu di mana pun kita berada.
Jika seseorang menyatakan "menurut saya", orang lain dapat merasa bahwa dia lebih tahu daripada mereka. Namun, ketika dia menyebutkan Allah berfirman, Rasulullah bersabda, atau ulama menasehati, orang lain akan melihat kerendahan hati dari orang tersebut.
Dalam merespons ayat dan hadits tentang Allah, Ustadz Hanan menyarankan agar seorang tidak hanya menggunakan telinga dan pikiran, tetapi juga hati. Dengan menggunakan hati dalam merespon ayat dan hadits tentang Allah, seseorang dapat merasakan keberadaan-Nya secara lebih dalam dan mendalam.
"Pas mendengar ustadz ngomong itu, yang denger bukan telinga yang denger. Bukan pikiran, tapi yang denger adalah hati,” ujar Ustadz Hanan.
(ori)