LANGIT7.ID-, Jakarta- - Ketua Harian Badan Pengelola
Masjid Istiqlal (BPMI), Prof Dr KH Nasaruddin Umar, memaparkan, masjid merupakan tempat untuk membangun orang-orang yang bersujud serta membangun peradaban yang lebih tinggi dan lebih kuat. Masjid menjadi tempat membangun peradaban di era digital saat ini.
"Dibangunnya masjid tidak hanya sebagai tempat sujud, akan tetapi tujuannya adalah masjid juga sebagai tempat untuk membangun orang-orang yang sujud, membangun peradaban yang lebih tinggi dan lebih kuat," ujar Prof Nasar saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Insa Cita Indonesia (UICI), Jakarta, dikutip Rabu (12/7/2023).
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
"
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS Al-Isra: 1)
Prof Nasar menjelaskan, ayat tersebut memberi isyarat tentang pembangunan peradaban dari masjid. Apalagi, ayat tersebut turun beradasarkan peristiwa Isra dan Mi'raj Rasulullah SAW. Peristiwa dikenal umat Islam sebagai salah satu tonggak gerakan dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban di muka bumi.
"Masjid Haram artinya tertutup, sangat limited. Sedangkan Aqsha unlimited, paling jauh. Jadi, kita starting poinnya dari tempat yang sangat tertutup kemudian menuju ke space yang unlimited (Aqsha)," ujar Prof Nasar.
Selain tempat bersujud, kata dia, masjid juga dibangun sebagai wilayah konsentrasi untuk bisa menciptakan sesuatu yang lebih tinggi dan kuat. Dari tempat sujud, Allah akan membawa hamba-Nya ke tempat yang lebih tinggi.
"Masjid adalah space untuk menghadirkan as-sajiid yaitu orang sujud serta untuk 'menerbangkan kita ke Al-Aqsa' (tempat yang luas)," tuturnya.
Baca juga:
Mengintip Masjid Bersejarah di New Delhi, Dibangun Sejak Abad XVDia menceritakan, di Istiqlal terdapat kontradiktif antara lantai satu dan dua. Di lantai satu adalah ruang perkantoran BPMI. Di tempat itu, pengurus Masjid Istiqlal seperti ditantang untuk bisa hidup seribu tahun mendatang. "Namun, di lantai dua (area ibadah), kita seolah-olah mau mati besok," ujarnya.
Sebagaimana ungkapan motivasi yang lumrah didengar khalayak, "I’mal lidunyaaka ka-annaka ta’isyu abadan, wa’mal li-aakhiratika ka-annaka tamuutu ghadan. (Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.),
"Jadi Istiqlal, 'dunia akhirat', 'dunianya' di lantai satu (perkantoran BPMI) dan 'akhiratnya' di lantai dua (area ibadah)," ungkap Nasaruddin Umar.
(ori)