LANGIT7.ID-, Malang- - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menargetkan memiliki 58 guru besar pada Januari 2024. Perlahan tapi pasti, UMM terus mengukuhkan dua guru besar baru seperti pada Sabtu (16/12/2023) lalu.
Mereka adalah dari Fakultas Psikologi yakni Prof. Dr. Tulus Winarsunu sebagai Guru Besar Bidang Psikologi Industri dan Organisasi serta Prof. Dr. Iswinarti sebagai Guru Besar Bidang Psikologi.
Dengan pengukuhan ini, jumlah guru besar di UMM telah mencapai angka 32 orang. Sedangkan masih ada 22 calon guru besar yang menunggu proses untuk dikukuhkan.
Wakil Rektor I UMM, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si, berharap dua guru besar baru dapat mengakselerasi peningkatan kualitas Fakultas Psikologi dalam menciptakan SDM unggul yang berwawasan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) berdasarkan nilai-nilai Islam.
Syamsul juga menginformasikan bahwa sebagai fakultas yang memiliki jumlah peminat besar, Fakultas Psikologi UMM segera membuka Pendidikan Profesi Psikolog dan Program Doktor Ilmu Psikologi.
Baca juga:
Kukuhkan 3 Guru Besar Baru, UMM Target Punya 58 Profesor hingga Akhir Januari 2024“Atas nama pimpinan UMM kami memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Prof Tulus dan Prof Iswinarti. Diharapkan beliau terus produktif karena kedua paparan (orasi ilmiah) tadi sangat menarik,” ucapnya.
Pada pidato pengukuhan, Prof. Dr. Tulus Winarsunu, M.Si membawakan orasi ilmiah berjudul “Sisi Irasionalitas Pikiran Manusia dalam Pengambilan Keputusan”.
Penelitian ini menjelaskan tentang penyebab utama seseorang menjadi tidak rasional dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada aspek kognitif di lingkungan industri dan organisasi.
Bias tersebut bisa berupa faktor keterbatasan informasi, keterbatasan dalam pemrosesan informasi, tekanan kelompok, dan bias kognitif. Irasionalitas kata dia dapat terjadi karena berbagai bias dalam cara penyampaian informasi.
Karena itu, Tulus menawarkan agar pengambil keputusan di lingkungan industri dan organisasi mengawal kejernihan rasionalitas agar optimal dalam menciptakan lingkungan yang lebih terarah, efisien, dan responsif terhadap perubahan.
Sementara itu, Prof. Dr. Iswinarti, M.Si Psikolog mengusung orasi ilmiah berjudul Membangun Kesehatan Mental Anak Melalui Permainan Tradisional dengan Metode Berlian.
“Orasi ilmiah ini saya tulis berdasarkan pengalaman, penelitian, serta studi literatur tentang tema yang menjadi konsen saya selama bertahun-tahun tentang permainan tradisional dan metode berlian,” ungkapnya.
Metode Berlian adalah “Bermain-ExpeRiential-LearnIng-Anak”. Isnawarti menjelaskan bahwa membangun kesehatan mental dapat dimulai pada usia dini lewat kegiatan bermain yang mengandung nilai-nilai kearifan budaya, misalnya permainan tradisional di Indonesia.
Dalam penelitiannya, Isnawarti menyebut jika permainan bekelan, congklak lidi, dan selentikan dapat meningkatkan kemampuan problem solving anak usia sekolah dasar. Permainan tradisional engklek juga dapat meningkatkan kemampuan problem solving dan dapat meningkatkan kemampuan kontrol diri.
(ori)