LANGIT7.ID-, Jakarta- - Aurel Hermansyah merayakan hari ulang tahunnya yang ke-26 pada 10 Juli 2024. Sebagai tanda cinta, Atta Halilintar memberikan hadiah yang tak biasa yaitu tas, buket bunga dan kue yang dibentuk dari uang kertas pecahan 50 ribuan dan 100 ribuan.
Melalui Instagram miliknya, @attahalilintar, Rabu (10/7/2024), Atta mengungkapkan alasan di balik pemberiannya tersebut.
"Tahun ini mentahnya aja ya.. kalau beli barang takut ada goreng2an lagi ;) bisa buat sedekah hadiahnya. Sehat berkah selalu sayang love uu," tulis Atta Halilintar dalam unggahannya itu.
Baca juga:
Atta Halilintar Beri Hadiah Tumpukan Uang untuk Aurel, Netizen: Ya Allah Ini Kado yang Hamba MaksudSelain memunculkan potret saat perayaan ulang tahun bersama istri dan keluarganya, Atta juga memajang kutipan hadist tentang memberi hadiah.
Nabi shalallahu alaihi wasallah bersabda,
"Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling cinta mencintai" (Bukhari).
Dalam penjelasannya disebutkan, memberi hadiah merupakan salah satu bentuk perhatian suami kepada istrinya, atau istri kepada suaminya.

Terlebih bagi istri, hadiah dari suami mempunyai nilai yang sangat mengesankan. Hadiah tidak harus mahal, tetapi sebagai simbol perhatian suami kepada istri.
Hafidz Muftisany dalam buku "Hak Istri terhadap Suami" menuliskan seorang istri yang diberi hadiah oleh suami, tak hanya merasa senang namun juga bangga memiliki pasangan yang senantiasa selalu membahagiakannya.
Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah sebagaimana hadits:
"Rasulullah memberi kepada masing-masing istrinya satu botol mintak kasturi." (HR Ahmad)
Rasulullah memberikan hadiah berupa satu botol minyak kasturi bukan semata untuk berlebihan atau bermewah-mewahan. Namun hal itu adalah yang disukai oleh istrinya dan bermanfaat demi hubungan harmonis dalam rumah tangga.
Dalam pernikahan, istri memiliki hak untuk dimuliakan. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya bahwa memuliakan istri adalah perbuatan yang paling utama.
Rasulullah melabeli suami yang terbaik di mata Allah dan Rasulullah adalah yang mampu memuliakan istrinya.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: خياركم خياركم لنسائهم
Artinya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap perempuannya (istrinya)” (H.R. Ibnu Majah No. 1978).
عن النبي صلى الله عليه وسلم، قال: خيركم خيركم لأهله، وأنا خيركم لأهلي
Artinya, “Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya (istrinya). Dan aku adalah orang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku (istriku)” (H.R. Ibnu Majah No. 1977).
Begitu pentingnya memuliakan istri dalam Islam hingga Rasulullah mengkorelasikannya dengan keimanan.
عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً: أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا، وخياركم خياركم لنسائهم
Artinya, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya” (H.R. At-Tirmidzi No. 1162).
Memuliakan istri bukan hanya sekedar memberikan hadiah mewah dan fantastis namun juga tercermin dalam perilaku sehari-hari seperti berkata lemah lembut, tidak kasar, tidak menyakiti istri juga menunaikan hak-hak mereka.
Allah SWT memerintahkan setiap hamba-Nya bergaul dengan baik terhadap istrinya, seperti disebutkan dalam surah An-Nisa ayat 19.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَرِثُوا۟ ٱلنِّسَآءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا۟ بِبَعْضِ مَآ ءَاتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّآ أَن يَأْتِينَ بِفَٰحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَيَجْعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”

(ori)