Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 11 September 2024
home sosok muslim detail berita

Sosok KH M Ali Manshur, Pencipta Shalawat Badar Penerima Tanda Jasa dari Pemerintah

tim langit 7 Selasa, 13 Agustus 2024 - 10:00 WIB
Sosok KH M Ali Manshur, Pencipta Shalawat Badar Penerima Tanda Jasa dari Pemerintah
KH M Ali Manshur dijadualkan menerima tanda jasa dan kehormatan dari pemerintah bersama 60 tokoh lain dalam rangka HUT ke-79 Kemerdekaan RI.
LANGIT7.ID-, Jakarta- - KH M Ali Manshur dijadualkan menerima tanda jasa dan kehormatan dari pemerintah. Pencipta Shalawat Badar ini akan dibri penghargaan bersama 60 tokoh lain dalam rangka HUT ke-79 Kemerdekaan RI.

Seremonial akan dilaksanakan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/8/2024) besok. Penghargaan terhadap KH Ali Manshur akan diwakili anaknya.

Siapa sebenarnya KH M Ali Manshur? Kiai ini dilahirkan pada 23 Maret 1921. Nasabnya masih menyambung ke Kiai Shidiq Jember. Kalau dari jalur ibu asli orang Tuban.

Baca juga:61 Tokoh Diberi Tanda Jasa pada HUT RI, Salah Satunya Pencipta Shalawat Badar

Menurut putra kedua Kiai Ali, Kiai Syakir Ali, abahnya terkenal haus ilmu. Dia belajar dari satu pesantren ke pesantren lain. Mulai dari Pesantren Termas Pacitan, Pesantren Lasem, Pesantren Lirboyo Kediri hingga Pesantren Tebuireng Jombang. Kiai Syakir mengisahkan, waktu kecil Kiai Ali belajar di Tuban.

Setelah itu Kiai Ali ingin belajar ke Termas namun ia hanya punya modal sepeda onthel dan nasi jagung. Akhirnya dari Tuban ke Tremas, ia naik onthel dan bekal nasi jagung. Selama di pesantren Kiai Ali menerima jasa ojek ke pasar dan hasilnya untuk membeli kitab.

“Kiai Ali suka ilmu Arrudh (Ilmu Sya’ir), dan belajar ilmu ini di Lirboyo. Ia sering diajak diskusi pengasuh masalah Arrudh. Menurut Gus Dur, Kiai Ali juga pernah belajar di Tebuireng,” ujarnya.

Seusai nyantri, Kiai Ali kembali ke Tuban dan aktif berorganisasi di Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII). Ia juga aktif sebagai seorang pegawai di bawah Kementerian Agama. Tepatnya, menjadi Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) di kecamatan hingga promosi menjadi Kepala Kementerian Agama (Kemenag) di tingkat kabupaten.

Pada tahun 1955, Kiai Ali terpilih sebagai anggota Konstituante mewakili Partai NU Cabang Bali. Pada 1962, ia memutuskan pindah ke Banyuwangi dan dipercaya menjadi Ketua Cabang NU Banyuwangi.Selama di Banyuwangi inilah, Kiai Ali melahirkan karya fenomenal Shalawat Badar .

Baca juga:HUT Kemerdekaan Ke-79 RI, 61 Tokoh Terima Tanda Jasa dan Kehormatan

Ada kisah yang sangat menyita perhatian sesaat sebelum Kiai Ali menulis Shalawat Badar. Kiai Ali bermimpi didatangi orang berjubah putih yang diduga para ahli perang badar. Dalam keputusan Muktamar ke-28 NU di Krapyak, Yogyakarta, Shalawat Badar dikukuhkan menjadi Mars Nahdlatul Ulama (NU).

Keputusan ini ditegaskan kembali oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat menjabat ketua PBNU pada Muktamar ke-30 di Lirboyo Kediri. Pada Harlah ke-91 NU, Kiai Ali juga dianugerahi tanda jasa Bintang Kebudayaan atas karyanya ini.

Diketahui, Shalawat Badar dikarang sekitar tahun 1960-an. Salawat Badar sudah menjadi syair wajib bagi nahdliyin. Hampir setiap kegiatan NU, shalawat ini dilantunkan. Bahkan sudah merambah ke genre musik pop yang dipopulerkan oleh beberapa grup band dan penyanyi religi. Tak hanya di Indonesia, Shalawat Badar juga dikenal di berbagai belahan negara Islam di dunia.

“Awalnya banyak yang tidak tahu siapa penulis Shalawat Badar sebelum Gus Dur menyebutkan Kiai Ali sebagai pengarangnya. Saat itu Gus Dur takut Shalawat Badar diakui orang luar. Gus Dur minta saya bawakan data penguat bila Kiai Ali memang penulis Shalawat Badar ke Jakarta,” papar Kiai Syakir.

Pasca dibahas oleh Gus Dur, nama Kiai Ali terus jadi bahan pembicaraan di kalangan para ahli sejarah dan budayawan, terutama dari kalangan Nahdliyin. Sehingga akhirnya banyak para peziarah dari berbagai daerah datang ke Desa Maibit untuk ziarah dan membuktikan kebenaran ucapan Gus Dur.

Saat ini di makam Kiai Ali tertulis prasasti Shalawat Badar yang terletak di bagian barat makam. Setiap hari selalu ada yang berziarah ke makam, terutama para santri yang belajar di pesantren milik putra-putrinya di sekitar pesantren.

“Saya hanya menjelaskan sesuai yang dituliskan Abah saja. Saya fotokopikan catatan abah dan tak kasih kepada yang minta,” ungkap Kiai Syakir.

Sosok Kiai Ali Manshur memang unik, makamnya berada di Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. Dulu tak banyak yang tahu kalau Kiai Ali di makamkan di Desa Maibit. Bahkan beberapa warga desa setempat tak mengenal sepak terjang Kiai Ali.

Makam Kiai Ali baru beberapa tahun terakhir direnovasi dan sering dikunjungi khalayak ramai. Menurut Kiai Syakir, hal ini bukan disengaja melainkan memang tak banyak orang mencari tahu.

Barulah setelah Gus Dur bicara tentang Shalawat Badar banyak orang yang mencari dan menelisik sejarah Kiai Ali. Ia bersyukur Kiai Ali suka menulis dan punya catatan pribadi setiap melakukan sesuatu. Sehingga tak bingung menjelaskan kepada penanya.

“Abah itu punya buku harian dan suka menulis kegiatannya di buku harian, kertas kosong dan pinggir kitab. Sampai sekarang saya masih punya catatan pribadi Kiai Ali dalam tulisan Pegon dan Latin,” akunya.(diolah dari berbagai sumber)

(ori)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
right-1 (Desktop - langit7.id)
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 11 September 2024
Imsak
04:23
Shubuh
04:33
Dhuhur
11:53
Ashar
15:07
Maghrib
17:54
Isya
19:02
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan