Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Selasa, 10 September 2024
home masjid detail berita

Menemukan Kedamaian Sejati, Dan Tips Mindfulness Dari Umar Bin Khattab

tim langit 7 Sabtu, 31 Agustus 2024 - 07:45 WIB
Menemukan Kedamaian Sejati, Dan Tips Mindfulness Dari Umar Bin Khattab
LANGIT7.ID-Al-Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyampaikan sebuah hadist Rasulullah tentang pentingnya menundukkan hawa nafsu,

رَجَعْنَا مِنَ اْلجِهَادِ اْلأَصْغَرِ إِلَي اْلجِهَادِ اْلأَكْبَرِ. قَالُوا: وَمَا جِهَادُ اْلأَكْبَرِ؟ قَالَ: جِهَادُ اْلقَلْبِ أَوْ جِهَادُ النَّفْسِ.

Rasulullah bersabda, "Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad besar." Para sahabat berkata, "Apakah jihad besar itu?" Nabi menjawab, "Jihad hati atau jihad nafsu.”

Hadist tersebut disampaikan setelah kepulangan Nabi dan para sahabat dari perang Badar. Makna utamanya adalah berperang melawan hawa nafsu sama pentingnya dengan berperang melawan musuh yang memegang senjata.

Makna lain dari sabda Rasulullah tersebut untuk memberi penekanan bahwa detik-detik perang melawan musuh sudah selesai, dengan perkataan beliau roja'na (kita sudah kembali).

Artinya, medan bertempur telah ditinggalkan. Maka jangan sampai pikiran ini masih saja "menghadapi musuh". Apa yang sudah terjadi maka lepaskanlah dan segera beralih kepada apa yang ada di hadapan kita sekarang.

Selanjutnya Rasulullah menerangkan bahwa perjuangan yang kini sedang dihadapi adalah melawan hawa nafsu, maka inilah jihad yang ditempuh berikutnya.

Bandingkan dengan orang-orang musyrik yang kalah dalam perang Badar, saat mereka kembali ke kampung halaman ternyata pikiran mereka masih saja "menghadapi musuh" padahal kenyataannya mereka sudah berada di rumah.

Mereka masih menyimpan dendam, matanya tidak bisa tidur memikirkan apa yang sudah selesai tersebut. Itulah sebabnya mereka lanjut mengatur siasat pembalasan yang kelak menjadi perang Uhud.

Alangkah indahnya Rasulullah yang mengajarkan agar pikiran kita benar-benar berada pada momentum yang sedang berlangsung. Apabila di medan tempur, tentu berjihad melawan musuh. Namun setiba di rumah, tinggalkan musuh dan waktunya berjihad melawan nafsu.
Inilah yang disebut orang-orang barat di masa kini sebagai mindfulness, yaitu seni menikmati hidup menurut momen yang sedang berlangsung. Bukan momen yang telah berlalu.

Contohnya ketika kemarin kita bertemu tetangga, lantas ia mengucapkan kalimat yang menyinggung perasaan kita. Tentu saja kita tersinggung ketika kemarin mendengarnya.

Namun menjadi aneh, jika sampai hari ini kita masih tersinggung. Karena detik-detik proses mendengarnya sudah selesai. Artinya, momen tersebut harus sudah ditinggalkan.

Jika kita terus memikirkan ucapan tetangga tersebut, sama saja pikiran ini masih "menghadapi musuh". Apa yang sudah terjadi maka lepaskanlah dan segera beralih kepada apa yang ada di hadapan kita sekarang.

Tak salah jika Sahabat Umar bin Khattab memberi tips mindfulness seperti tersebut dalam kitab Al-Iqdul Farid,

إذا سمعت الكلمة تؤذيك فطأ طئ لها حتى تتخطاك

"Jika engkau mendengar kata-kata yang menyakitkan dirimu tundukkanlah kepalamu sehingga kata-kata tersebut berlalu."

Mengertilah kita bahwa prinsip live in the moment (hidup pada saat yang sedang berlangsung) adalah warisan dari Rasulullah dan para sahabat. Sejatinya bila kita praktikkan dengan sungguh-sungguh akan diperoleh kedamaian sejati. Karena kita tak perlu meresahkan apa yang sudah berlalu.

(Salam SuksesBerkah,
Fasilitator KUMKM)

(lam)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
right-1 (Desktop - langit7.id)
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Selasa 10 September 2024
Imsak
04:24
Shubuh
04:34
Dhuhur
11:53
Ashar
15:08
Maghrib
17:54
Isya
19:03
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan