LANGIT7.ID-, Jakarta- - Kota Geneva kini menjadi tuan rumah pameran arkeologi yang menakjubkan, memamerkan harta karun budaya dari Jalur Gaza yang telah dilanda perang selama setahun terakhir. Pameran bertajuk "Warisan dalam Bahaya" ini digelar di Museum Seni dan Sejarah (MAH) Geneva, menampilkan 44 benda bersejarah yang berhasil diselamatkan dari Gaza.
Para pengunjung akan terpesona melihat koleksi amfora, patung-patung kecil, vas, lampu minyak, dan berbagai artefak menarik lainnya. Beatrice Blandin, kurator pameran, menegaskan bahwa benda-benda ini merupakan "bagian dari jiwa Gaza" dan mencerminkan identitas wilayah tersebut.
Koleksi yang dipamerkan merupakan bagian dari 530 artefak yang telah disimpan dengan aman di Geneva sejak 2007. Pameran ini tidak hanya menampilkan warisan Gaza, tetapi juga artefak dari Sudan, Suriah, dan Libya. Acara ini diselenggarakan untuk memperingati 70 tahun Konvensi Den Haag 1954 tentang Perlindungan Properti Budaya dalam Konflik Bersenjata.
Pameran ini juga menyoroti peran penting museum dalam menyelamatkan warisan budaya dari kerusakan, penjarahan, dan konflik. Pengunjung diingatkan bahwa perusakan warisan budaya secara sengaja merupakan kejahatan perang.
Alfonso Gomez, anggota dewan kota Geneva, menekankan pentingnya melindungi properti budaya dari kekuatan yang ingin menghancurkannya. Sementara itu, Marc-Olivier Wahler, direktur MAH, menjelaskan bahwa serangan terhadap warisan budaya sering terjadi dalam konflik untuk menghapus identitas dan sejarah suatu bangsa.
Sejak serangan Israel di Gaza pada Oktober 2023, UNESCO telah memverifikasi kerusakan pada 69 situs budaya di wilayah Palestina. Kerusakan ini mencakup situs keagamaan, bangunan bersejarah, monumen, museum, dan situs arkeologi.
Artefak Gaza yang dipamerkan di Geneva ini sebenarnya telah tiba di kota tersebut pada tahun 2006 untuk pameran "Gaza di Persimpangan Peradaban". Rencana awalnya, benda-benda ini akan menjadi dasar museum arkeologi yang akan dibangun di Gaza. Namun, situasi politik yang tidak stabil membuat artefak tersebut terjebak di Geneva selama 17 tahun.
Meskipun demikian, "kebetulan keadaan" ini justru menyelamatkan artefak tersebut. Koleksi pribadi Jawdat Khoudary yang tersisa di Gaza dilaporkan telah "benar-benar hancur" sejak Oktober 2023.
Kota Geneva telah berkomitmen untuk menjaga artefak-artefak ini selama diperlukan, berdasarkan perjanjian kerjasama baru yang ditandatangani dengan Otoritas Palestina pada September lalu. MAH Geneva juga memiliki sejarah panjang dalam melindungi warisan budaya, termasuk menyelamatkan karya seni dari Museo del Prado Madrid pada tahun 1939 dan memamerkan karya seni Ukraina tahun lalu.
Asosiasi Museum Swiss juga telah membantu lebih dari 200 museum di Ukraina dalam melestarikan koleksi mereka setelah invasi Rusia pada Februari 2022. Upaya ini menunjukkan peran penting komunitas internasional dalam melindungi warisan budaya di tengah konflik.
(lam)