Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan telah meminta Donald Trump turun tangan menghentikan penembakan di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 500 orang. Erdogan menilai tekanan AS sangat penting untuk mewujudkan gencatan senjata dan rekonstruksi kawasan.
Festival film terbesar dan paling bergengsi di dunia, Cannes Film Festival menjadi impian besar para sineas untuk bisa ikut serta. Tahun ini, film dokumenter dari Palestina turut ambil bagian. Salah satunya, film tentang jurnalis foto perang Palestina, Fatima Hassouna.
Pasukan Israel memperluas operasi darat di Rafah, Gaza selatan, dengan menyasar Al Janina. Serangan udara juga gencar menghantam Hamas dan Jihad Islam, hancurkan gudang senjata hingga peluncur roket. Puluhan teroris tewas dalam operasi ini. Baca detailnya sekarang!
Hamas merilis video terbaru sandera Israel, Elkana Bohbot, yang memohon pemerintah segera membebaskannya dari Gaza. Dalam rekaman menyayat hati itu, ia ceritakan bahaya bombardir Israel yang mengancam nyawanya. Apa nasibnya kini? Simak kabar lengkapnya!
Persyaratan kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata di Gaza, serta pembebasan sandera sedang dalam tahap penyelesaian atau final.
Lima orang jurnalis dari Al-Quds Today dikabarkan meninggal dunia karena serangan Israel, saat sedang meliput kejadian di Rumah Sakit al-Awda, Gaza tengah
Skandal kebocoran dokumen rahasia mengguncang Israel saat asisten Netanyahu dan seorang tentara didakwa atas dugaan pengkhianatan negara. Kasus ini memicu ketegangan internal di tengah konflik dengan Hamas. Dokumen yang bocor ke media Jerman mengungkap strategi Hamas dalam negosiasi sandera, namun juga memperlihatkan perpecahan dalam masyarakat Israel. Presiden Herzog memperingatkan risiko perpecahan internal yang mengancam persatuan negara.
Netanyahu dan pemimpin Israel dengan keras menolak perintah penangkapan ICC yang mereka nilai sangat tidak adil. Mereka menegaskan bahwa keputusan ini justru membahayakan hak membela diri dan menciptakan preseden buruk dengan menyamakan Israel dengan Hamas. Israel menyatakan tidak akan mundur dari upaya membela negaranya meski mendapat tekanan internasional.
ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Mohammed Deif, pemimpin militer Hamas, terkait serangan 7 Oktober. Keputusan ini disambut positif oleh keluarga korban sebagai langkah awal mencari keadilan. Namun, situasi menjadi kompleks dengan dikeluarkannya surat penangkapan serupa untuk PM Israel Netanyahu. Kasus ini menandai babak baru dalam penanganan konflik Israel-Hamas di mata hukum internasional.
Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan Gallant atas dugaan kejahatan perang di Gaza. Israel dengan tegas menolak putusan tersebut, menuduh ICC antisemit dan menegaskan tidak akan tunduk pada tekanan internasional. Menariknya, berbagai faksi politik Israel yang biasanya berseberangan justru bersatu mengecam keputusan ICC ini.
Keputusan ICC menerbitkan surat penangkapan untuk Netanyahu dan pemimpin Hamas menciptakan ketegangan diplomatik global. Israel dan sekutunya menolak keras, sementara Palestina mendukung. Uni Eropa terpecah dalam menyikapi, dengan beberapa negara siap melaksanakan perintah penangkapan. Situasi ini menambah kompleksitas konflik Israel-Palestina yang berkelanjutan.
Ketegangan di Gaza semakin memuncak setelah AS memveto resolusi gencatan senjata di Dewan Keamanan PBB. Hamas dengan keras mengecam tindakan AS dan menuduhnya sebagai pelaku langsung dalam perang genosida di Gaza. Situasi ini semakin memperumit upaya perdamaian di wilayah tersebut, sementara korban terus berjatuhan. Dukungan AS terhadap Israel melalui veto ini mendapat kecaman keras dari berbagai pihak.