LANGIT7.ID-Jakarta; Sayap bersenjata Hamas pada hari Sabtu merilis sebuah video yang menunjukkan seorang sandera Israel di Gaza. Dalam video itu, sandera memohon kepada pemerintah Israel agar segera membebaskannya. Ini adalah video kedua yang dibagikan oleh kelompok militan ini dalam beberapa hari terakhir, menarik perhatian dunia terhadap nasib para tawanan di tengah konflik.
Kelompok kampanye Forum Keluarga Sandera dan Hilang mengenali pria dalam video itu sebagai Elkana Bohbot. Ia diculik dari lokasi festival musik di Israel selatan saat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang berkepanjangan. Nama Elkana Bohbot kini menjadi sorotan karena situasinya yang kian genting.
Video berdurasi lebih dari tiga menit itu memperlihatkan Bohbot berbicara dalam bahasa Ibrani. Ia tampak putus asa, beberapa kali mengangkat tangan sambil memohon kebebasannya. Gestur dan kata-katanya mencerminkan ketakutan serta harapan yang kian menipis di tengah situasi yang tak menentu.
Sebuah media internasional tidak bisa memastikan kapan atau di mana video ini direkam di Jalur Gaza. Ketidakjelasan ini menambah misteri di balik kondisi para sandera yang masih ditahan Hamas.
Sebelumnya, Bohbot muncul bersama sandera lain bernama Yosef Haim Ohana dalam video yang dirilis pada hari Senin oleh Brigade Ezzedine Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas. Dalam rekaman itu, keduanya bercerita tentang bahaya yang mereka hadapi sejak serangan udara Israel di Gaza kembali berlangsung pada 18 Maret, setelah lebih dari dua bulan gencatan senjata.
Dalam video terbaru yang dirilis Sabtu ini, Bohbot kembali mengungkapkan kekhawatirannya. Ia bilang, bombardir yang terus berlangsung bisa merenggut nyawanya kapan saja. Dengan nada memohon, ia ingin segera bertemu lagi dengan istri dan anaknya. Pesan ini begitu mengharukan dan menjadi sorotan banyak pihak.
Sejak Israel melanjutkan serangan di Gaza, Hamas berulang kali memperingatkan bahwa operasi militer itu bisa membahayakan nyawa para sandera. Ancaman ini terus digaungkan di tengah ketegangan yang tak kunjung reda.
Dari 251 sandera yang diculik saat serangan Hamas pada 2023, kini 58 orang masih ditawan di Gaza. Menurut militer Israel, 34 di antaranya sudah meninggal dunia. Data ini menambah kompleksitas situasi yang sudah sangat sulit.
Serangan baru Israel di Gaza dimulai setelah berminggu-minggu negosiasi gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 19 Januari tak membuahkan hasil. Deadlock dalam pembicaraan itu memicu eskalasi kekerasan yang kini mengancam nyawa banyak orang, termasuk para sandera seperti Bohbot.
(lam)