Konflik Israel-Palestina kembali memanas dengan operasi militer Israel di Jenin, Tepi Barat. Selama 10 hari, 36 nyawa melayang dan infrastruktur hancur. Meski tentara Israel telah mundur, ketegangan masih terasa. Warga Jenin perlahan kembali ke rumah mereka yang rusak, berusaha membangun kembali kehidupan di tengah ketidakpastian. Peristiwa ini menambah daftar panjang korban konflik berkepanjangan di wilayah tersebut.
Upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik Gaza memasuki tahap krusial. Menlu AS Antony Blinken mengungkapkan 90% kesepakatan gencatan senjata telah tercapai. Namun, isu-isu kritis seperti koridor Philadelphi dan pertukaran sandera masih mengganjal. Blinken mendesak Israel dan Hamas untuk segera menyelesaikan perbedaan yang tersisa. Masyarakat internasional menanti dengan harap-harap cemas akan tercapainya perdamaian di wilayah yang telah lama dilanda konflik tersebut.
Konflik Israel-Hamas semakin rumit dengan Netanyahu menolak gencatan senjata dan Hamas meminta tekanan AS. Krisis kemanusiaan di Gaza memburuk, termasuk munculnya kasus polio. Upaya perdamaian terhambat, sementara operasi militer Israel di Tepi Barat meningkat. Nasib sandera masih tidak pasti, menambah tekanan pada Netanyahu. Situasi ini memerlukan solusi diplomatik segera untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mengurangi penderitaan warga sipil.
Kunjungan mendadak Jenderal Ahmed Fathy Khalifa ke perbatasan Gaza menunjukkan meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut. Tindakan ini muncul setelah pernyataan Netanyahu tentang syarat gencatan senjata, yang menyoroti peran kritis Mesir dalam konflik Israel-Gaza. Situasi ini menekankan pentingnya diplomasi dan keamanan regional, serta menunjukkan kompleksitas upaya perdamaian di Timur Tengah.
Upaya AS menyusun proposal gencatan senjata baru di Gaza mencapai titik kritis. Kehadiran Israel di koridor Philadelphi dan pertukaran sandera menjadi kendala utama. Meski sebagian besar kesepakatan tercapai, waktu semakin menipis. Negosiasi intensif melibatkan pejabat tinggi AS, Israel, dan Hamas. Krisis kemanusiaan di Gaza mempersulit situasi, membuat mediator berusaha keras mencapai terobosan diplomatik.
Konflik Gaza semakin rumit dengan penolakan Hamas terhadap usulan gencatan senjata baru. Mereka menuntut Israel menerima proposal AS yang telah disetujui sebelumnya. Sikap keras Netanyahu yang menolak menarik pasukan dari koridor Philadelphi dianggap sebagai penghalang perdamaian. Situasi ini mempersulit upaya diplomasi dan meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock memulai perjalanan diplomatik ke Timur Tengah, fokus pada upaya gencatan senjata di Gaza. Kunjungan meliputi Saudi Arabia, Yordania, Israel, dan Tepi Barat. Agenda utama mencakup koordinasi bantuan kemanusiaan, pembebasan sandera, dan pencegahan eskalasi kekerasan. Misi ini menjadi krusial di tengah meningkatnya korban jiwa dan tekanan internasional untuk mengakhiri konflik Israel-Hamas.
Konflik Gaza-Israel semakin memanas dengan Menteri Itamar Ben Gvir menolak gencatan senjata dan mendesak penghentian negosiasi dengan Hamas. Dengan meningkatnya korban jiwa, ketegangan di internal Israel terus menguat, sementara dunia internasional menunggu langkah selanjutnya dari Netanyahu terkait strategi di Gaza.
Kritik tajam Presiden Biden terhadap Perdana Menteri Netanyahu mencerminkan ketegangan tinggi terkait pembebasan sandera di Gaza. Upaya Amerika Serikat dalam mengamankan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera menghadapi banyak tantangan, dengan negosiasi yang berlarut-larut dan tekanan domestik yang semakin meningkat.
Pemogokan besar-besaran dan protes jalanan di Israel menyoroti ketegangan mendalam terkait strategi pemerintah dalam pembebasan sandera dari Gaza. Dengan tuntutan gencatan senjata dan tekanan kuat pada Netanyahu, masa depan negosiasi dengan Hamas masih penuh ketidakpastian.
Protes besar-besaran terjadi di Israel setelah enam sandera tewas di Gaza, memicu kemarahan publik. Netanyahu didesak untuk mengakhiri perang yang berlangsung hampir 11 bulan dan mencapai kesepakatan gencatan senjata. Situasi semakin memanas dengan seruan pemogokan umum dan meningkatnya ketegangan di seluruh Israel.
Serangan udara Israel di sebuah sekolah di Gaza yang menampung orang terlantar menewaskan 11 orang, termasuk wanita dan anak-anak. Serangan ini menargetkan pusat komando Hamas yang beroperasi di sekolah tersebut. Perang Israel-Hamas terus memakan banyak korban, terutama warga sipil, di tengah eskalasi kekerasan yang belum mereda.
Serikat buruh terbesar Israel, Histadrut, memulai mogok nasional Senin ini untuk menekan pemerintah Netanyahu agar segera mencapai kesepakatan dengan Hamas demi membebaskan sandera yang masih ditahan. Penutupan Bandara Ben Gurion menjadi langkah awal dalam aksi ini, yang menekankan kebutuhan mendesak untuk kesepakatan daripada menerima lebih banyak kantong jenazah.