Insiden penembakan kendaraan PBB oleh militer Israel di Gaza menimbulkan kecaman internasional. Serangan terhadap bantuan kemanusiaan ini meningkatkan ketegangan di wilayah konflik. PBB mendesak perbaikan sistem koordinasi untuk mencegah kejadian serupa. Dunia mengawasi dengan cemas, sementara upaya perdamaian dan bantuan kemanusiaan menghadapi tantangan besar di tengah krisis Gaza yang berkelanjutan.
Krisis pangan di Gaza mencapai titik kritis akibat konflik berkepanjangan dengan Israel. Harga makanan melonjak hingga 400%, membuat warga kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Kelangkaan pasokan dan keterbatasan akses bantuan kemanusiaan memperparah situasi. Lebih dari 495.000 orang terancam kelaparan parah. Ekonomi Gaza terpuruk, membutuhkan waktu puluhan tahun untuk pulih. Kisah pilu warga yang tidur kelaparan menggambarkan penderitaan sehari-hari di tengah krisis.
Ketegangan meningkat dalam negosiasi gencatan senjata Israel-Hamas. Netanyahu bersikeras mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphi dan Netzarim, bertentangan dengan tim negosiatornya sendiri. Sementara keluarga sandera mendesak kesepakatan, perdana menteri tetap fokus pada kemenangan total atas Hamas. Situasi ini memperpanjang konflik dan penderitaan di Gaza.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan rencana kunjungan ke Gaza dalam pidato di parlemen Turki. Ia menegaskan komitmen untuk Palestina bersatu dan mengkritik serangan Israel. Kunjungan ini terjadi di tengah konflik berkepanjangan dan upaya gencatan senjata yang belum berhasil. Abbas juga mengenang pemimpin Hamas yang tewas dan memuji dukungan Turki.
Yahya Sinwar, tokoh militer garis keras, ditunjuk sebagai pemimpin baru Hamas di Gaza. Langkah ini menyatukan sayap politik dan militer kelompok tersebut, namun mempersulit prospek gencatan senjata. Sinwar, yang dianggap sebagai otak serangan 7 Oktober, diperkirakan akan memperkuat hubungan Hamas dengan Iran dan kelompok perlawanan lainnya di kawasan.
Israel sedang mengkaji tanggapan Hamas terhadap proposal gencatan senjata di Gaza. Proposal ini mencakup pembebasan sandera dan penarikan pasukan Israel secara bertahap. Hamas menyatakan sikap positif, namun menuntut akhir perang dan penarikan total Israel dari Gaza. Upaya mediasi oleh Mesir, Qatar, dan AS terus berlanjut di tengah konflik yang telah berlangsung 9 bulan.
Kantor HAM PBB menuduh Israel melanggar hukum perang di Gaza dengan tidak membedakan warga sipil dan pejuang dalam serangannya. Kepala penyelidik PBB menyebut tindakan Israel sebagai pemusnahan warga Palestina. Laporan mengungkap dugaan pelanggaran prinsip-prinsip perang seperti proporsionalitas dan perlindungan warga sipil dalam kampanye pemboman Israel.
Tank Israel didukung pesawat tempur dan drone lagi-lagi maju lebih jauh ke bagian barat kota Rafah, Jalur Gaza, menewaskan delapan orang, menurut penduduk dan petugas medis Palestina.
Serangan Israel pada Selasa menewaskan setidaknya 13 orang di Gaza tengah. Hal ini disampaikan oleh badan pertahanan sipil Palestina. Meskipun begitu, pertempuran sudah mulai mereda saat umat Muslim merayakan Hari Raya Idul Adha.
Konflik di Gaza telah menciptakan polusi tanah, air, dan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah tersebut, menghancurkan sistem sanitasi, dan meninggalkan ton-ton puing dari perangkat peledak, demikian laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang dampak lingkungan perang.
Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan bahwa serangan udara Israel di Rafah telah menewaskan dua sandera Israel yang ditahan di Gaza