LANGIT7.ID-, Jakarta- - Fethullah Gülen, ulama terkemuka dan mantan sekutu Presiden Recep Tayyip Erdoğan yang dituduh Ankara mendalangi kudeta 2016, telah meninggal dunia di Amerika Serikat. Kabar ini dilaporkan oleh media Turki dan situs web yang dekat dengan Gülen.
Herkul, sebuah situs yang mempublikasikan khotbah Gülen, mengabarkan melalui akun X-nya bahwa tokoh berusia 83 tahun itu meninggal pada Minggu malam di rumah sakit tempat ia dirawat.
Gülen, pendiri gerakan keagamaan berpengaruh di Turki bernama Hizmet, telah hidup dalam pengasingan sukarela di Pennsylvania setelah hubungannya dengan Erdoğan dan partai AK memburuk.
Peristiwa kudeta gagal di Turki pada 15 Juli 2016, yang bertujuan menggulingkan Erdoğan, menewaskan 251 orang dan melukai hampir 2.200 lainnya ketika sebagian pasukan mengambil alih kendaraan militer dan pesawat tempur.
Hizmet, yang ditetapkan Ankara sebagai organisasi teroris, dikatakan memiliki jaringan luas dengan puluhan ribu anggota di posisi-posisi strategis.
Pasca kudeta 2016, pemerintah Turki melancarkan operasi besar-besaran, menangkap hakim, perwira militer, jurnalis, dan mencabut sekitar 20.000 izin mengajar, terutama mereka yang bekerja di sekolah-sekolah di Turki dan luar negeri - termasuk Balkan dan Afrika - yang diduga berafiliasi dengan Hizmet.
Gülen selalu menyangkal keterlibatannya dalam upaya kudeta tersebut. "Saya sungguh tidak mengenal 99,9% orang dalam gerakan ini," ujar Gülen di masa lalu. "Saya tidak berbuat banyak. Saya hanya menyuarakan apa yang saya yakini."
Ia juga pernah meminta dilakukannya investigasi internasional atas peristiwa kudeta, dan berjanji akan "bekerja sama sepenuhnya".
"Tak ada seorang pun, baik saya maupun orang lain, yang berada di atas hukum. Saya ingin semua pihak yang bersalah, terlepas dari afiliasi mereka, dihukum sesuai dengan kesalahan mereka dalam pengadilan yang adil," tegasnya kepada sebuah media Prancis pada Agustus 2016. (euronews)
(lam)