LANGIT7.ID–Jakarta; Israel menegaskan tidak akan menerima kehadiran pasukan bersenjata Turki di Gaza dalam rencana Amerika Serikat yang bertujuan mengakhiri perang di wilayah Palestina secara permanen, kata Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar pada Senin.
Rencana Presiden AS Donald Trump itu mencakup pembentukan pasukan internasional di Gaza untuk membantu menjaga gencatan senjata rapuh yang dimulai bulan ini, menghentikan perang dua tahun antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas.
Namun, belum jelas apakah negara-negara Arab dan lainnya bersedia mengirim pasukan ke dalam kekuatan internasional itu. “Negara-negara yang ingin atau siap mengirim pasukan bersenjata seharusnya setidaknya bersikap adil terhadap Israel,” kata Saar dalam konferensi pers di Budapest.
Hubungan Turki dan Israel yang dulu hangat kini memburuk drastis selama perang Gaza, di mana Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam keras serangan udara dan darat Israel yang menghancurkan wilayah kecil tersebut.
“Turki di bawah Erdogan mengambil sikap yang bermusuhan terhadap Israel,” ujar Saar saat berbicara bersama Menteri Luar Negeri Hungaria, Peter Szijjarto. “Jadi tidak masuk akal bagi kami untuk membiarkan pasukan bersenjata mereka masuk ke Jalur Gaza, dan kami tidak akan menyetujui hal itu. Kami sudah menyampaikan hal ini kepada teman-teman kami di Amerika,” tambahnya.
Sementara itu, pemerintahan Trump telah menegaskan tidak akan mengirim tentara AS ke Jalur Gaza, tetapi pihaknya sedang berdiskusi dengan Indonesia, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, Turki, dan Azerbaijan untuk berpartisipasi dalam pasukan multinasional tersebut.
Pekan lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga mengisyaratkan bahwa ia sangat menentang keterlibatan pasukan keamanan Turki di Gaza. Pada hari Minggu, ia menegaskan bahwa Israel akan memutuskan sendiri negara mana yang boleh mengirim pasukan asing ke wilayah itu.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, yang sedang berkunjung ke Israel untuk memperkuat gencatan senjata, mengatakan pada Jumat bahwa pasukan internasional tersebut harus terdiri dari “negara-negara yang membuat Israel merasa nyaman.” Ia tidak memberikan komentar soal keterlibatan Turki.
(lam)