LANGIT7-Jakarta,- - Nama Lisa Namuri begitu dikenal sebagai instruktur yoga dan pilates. Terhitung sudah lebih dari dua dekade ia menjalani profesinya. Ups and downs dalam perjalanan karir tentu dirasakan, termasuk pernah ditolak sebagai instruktur olahraga lantaran berhijab.
Lisa mulai menjalani pekerjaan sebagai instruktur olahraga sejak usia 19 tahun, tepatnya di tahun 1998 saat mulai masuk kuliah. Ia mengawali profesinya sebagai asisten instruktur di Bandung.
“Awalnya saya ikut senam sama kakak saya. Kakak saya pakai privat instruktur, dan dari situ Kak Rara namanya (instruktur senam) melihat saya punya potensi dan akhirnya ditawari jadi asisten instruktur. Saat itu, tahun 1998 bayarannya cuma Rp150 ribu per bulan dan itu awal-awal saya masuk kuliah,” kata Lisa saat ditemui
Langit7 di rumahnya kawasan Jakarta Barat, Jumat (15/11/2024).
Lisa House, Studio Pilates Lisa Namuri di kawasan Jakarta Barat. Foto: Lusi MKala itu Lisa tidak berpikir bahwa gaji minim yang ia dapat menjadi penghalang untuk melakukan hal yang ia suka. Justru sebaliknya, dia amat menikmati karena bisa melakukan hobi sekaligus menghasilkan uang, sudah cukup membuat ibu dari empat ini bahagia.
Seiring berjalan waktu, Lisa yang sejak kecil memang sudah hobi berolahraga itu terus mengembangkan diri hingga akhirnya memiliki studio sendiri. Tak tanggung-tanggung, ia memiliki dua studio di Bandung.
“Studio pertama itu studio body language di Bandung. Klien saya makin banyak dan waktu itu penghasilan saya sudah lebih tinggi dari UMR saat itu. Jadi saya senang karena masih kuliah, bisa menjalani hobi yang saya suka, dan dapat penghasilan banyak. Lalu studio kedua di Bandung ada di Jatinangor,” ucapnya.
Baca juga:
Tafsir Surat Al-Furqan Ayat 67: Bijak Mengelola Keuangan KeluargaKarena sambil kuliah, praktis Lisa harus pandai membagi waktu. “Pagi sebelum kuliah dan sore sesudah kuliah,” tambahnya antusias. Lisa saat itu merupakan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Meteorologi.
Kecintaan Lisa pada olahraga mendorongnya untuk sekolah lagi di Fitness Institute Australia di Sidney, setelah berhasil mengantongi gelar sarjana. Program belajar selama tiga bulan intensif di Negri Kanguru itu ia dijalani, demi mewujudkan keinginannya.
Seperti normalnya roda kehidupan, Lisa juga sempat mengalami naik-turun dalam perjalanan karirnya. Salah satunya, saat ia melamar pekerjaan sebagai instruktur di sebuah “fitness centre” terkemuka. Sayang harapan harus pupus, ia ditolak.
“Saya saat melamar, waktu itu sudah berhijab, malah disuruh pulang padahal sudah punya sertifikat international. Saya ditolak head coach, dia nemuin saya saja tidak mau,” kenang founder Lisa House itu.
Penolakan seperti itu bukan satu-satunya. Wanita yang juga merupakan headchef di Namuri Culinary ini kemudian mencoba melamar pekerjaan yang sama, di tempat berbeda yaitu di fitness centre di kawasan Rasuna Said, Jakarta. Serupa dengan tempat sebelumnya, ia ditolak lagi. “Manajernya tidak mau menemui saya,” tandasnya.
Tak patah semangat, Lisa pun tetap menjalani profesi sekaligus hobinya itu dengan membuka studio dan juga kelas privat yang kebanyakan dari klien-nya adalah selebritas dan sosialita. Ia menyebutkan, kliennya kala itu aktris Happy Salma, Cornelia Agatha serta sosialita lainnya, di antaranya keluarga Bakrie.
Dari situ lah nama Lisa Namuri makin dikenal banyak orang. Hingga suatu hari, Lisa mengungkapkan, manajer fitness centre yang sebelumnya pernah menolak dirinya tiba-tiba menghubungi dan mengajak Lisa bekerja di sana.
“Saya dipanggil, disuruh datang, tapi saya tidak datang,” pungkasnya.
Muslimah dan OlahragaLisa Namuri memiliki pandangan sendiri tentang muslimah dan olahraga. Menurutnya, wanita berolahraga adalah hal yang baik. Namun sebagai Muslimah harus tetap menjaga fitrahnya dan juga syariat Islam.
“Saya sangat suka olahraga tapi setelah berkeluarga sekarang pertama muslimah harus tahu tugas utamanya dulu. Saya nggak setuju kalau ada ibu-ibu yang mengutamakan olahraga dulu daripada anak dan suaminya. Jadikan olahraga sebagai ibadah yaitu bikin badan kuat untuk urus keluarga, dan bikin badan bagus untuk suami,” tutur Lisa.
Satu hal lagi yang perlu diingat bahwa dalma menjalani olahraga perlu mengingat dan memperhatikan syariat Islam. “Jangan bercampur (dengan pria yang bukan mahram), pakai pakaian ketat lalu bercampur.”
Oleh karena itu, Lisa yang memastikan studio miliknya menyediakan area yang aman untuk para muslimah. “Karena kalau niat baik tapi bukan syariat Allah untuk apa,” tegasnya.
(ori)