Keindahan Masjid Biru UAE, Desain Bertingkat yang Memukau di Abu Dhabi

LANGIT7.ID-, Jakarta- - Warna biru memiliki makna mendalam dalam estetika Islam. Mulai dari kilauan safir hingga kelembutan pastel atau nuansa tengah malam yang kaya dan tenang, warna biru telah digunakan dalam arsitektur Islam, pakaian, seni, tembikar, keramik, bahkan dalam mendesain dan menulis Al-Quran.

Warna ini dikaitkan dengan keluasan dan kedalaman alam semesta yang tak terjangkau, sebuah konsep yang langsung berhubungan dengan kekuasaan dan keagungan ciptaan Allah.

Baca juga: Bangkit dari Kehancuran, Masjid Bersejarah di Irak Ini Kembali Megah

Biru juga menjadi warna salah satu masjid paling unik di UAE. Masjid Ali Mohammed Sadeq Albulushi, yang sering disebut sebagai Masjid Biru, menggunakan warna ini dalam berbagai cara – baik untuk struktur maupun interior bangunannya.

Terletak di Al Samha, Abu Dhabi, dekat jalan raya E11, masjid ini juga dianggap oleh banyak wisatawan sebagai penanda setengah perjalanan antara Dubai dan Abu Dhabi.



Dibuka pada tahun 2017, masjid ini dapat menampung sekitar 2.000 jamaah, dan dilengkapi area shalat terpisah untuk wanita.

Salah satu elemen yang langsung menarik perhatian adalah kontras antara tinggi dua menara yang besar dengan atap bertingkat yang lebih rendah dengan kubah yang relatif lebih kecil. Di banyak masjid, kubah biasanya menjadi elemen pusat struktur, dengan bentuk besar dan desain ornamennya yang menarik perhatian.

Namun, kubah yang lebih kecil di Masjid Biru justru menarik perhatian pada ruang kosong antara menara dan atap yang jauh lebih rendah, terutama desain bertingkat yang rumit. Kontras ini terlihat lebih memukau di malam hari, ketika atap bertingkat dan menara diterangi cahaya biru dan ujungnya bersinar oranye hangat.

Baca juga: Kontroversi Masjid Al-Zahraa, Pembangunan Masjid Hitam di Idlib Syria Menuai Pro Kontra

Masjid ini mengambil pengaruh desain modern yang terlihat melalui garis-garis geometris yang kuat dan bersih pada tangga, serta beberapa desain tradisional, seperti pintu masuk lengkung tinggi dan ornamen menara, yang mencakup bintang delapan titik, segi enam dan segi sepuluh. Kombinasi ini menciptakan perpaduan unik yang menjadikan masjid biru sebagai landmark yang mencolok, bahkan ketika tidak diterangi pada malam hari.



Atap enam tingkat yang berada di struktur dasar masjid juga mengingatkan pada elemen arsitektur yang dirancang dan digunakan oleh berbagai budaya di Mesopotamia kuno di Irak modern, termasuk bangsa Sumeria, Akkadia, Babilonia dan Asiria.

Disebut ziggurat, struktur arsitektur yang khas ini dicirikan oleh menara kuil bertingkat. Ini adalah konstruksi monumental yang sering menampilkan basis persegi panjang yang naik dalam serangkaian tingkat atau teras, yang di atasnya terdapat platform datar yang sering digunakan sebagai tempat kuil. Bahkan, kata ziggurat berasal dari kata Akkadia ziqqurratum, yang berarti membangun tinggi atau ketinggian.

Ziggurat telah mempengaruhi banyak arsitek kontemporer, dan elemen desainnya dapat dilihat di berbagai struktur di seluruh dunia. Masjid Biru, khususnya, telah dengan sangat cerdik mengambil konsep tersebut dan menggabungkannya dengan desain Islam yang lebih tradisional, di mana platform datar yang tinggi digunakan sebagai dasar untuk membangun kubah masjid.



Pada siang hari, masjid ini tidak memiliki warna biru yang mencolok, tetapi batu putih yang digunakan untuk membangun masjid tampak memiliki semburat biru yang dipantulkan dari birunya langit, dibantu oleh fakta bahwa masjid berdiri tanpa terhalang oleh bangunan lain di sekitarnya.

Bagian dalam masjid adalah pesta visual yang memadukan biru dengan aksen emas dan abu-abu kecokelatan, serta banyak kayu. Langit-langit kayu masjid dirancang dengan indah, mengikuti bentuk menaik atap bertingkat. Ini mencakup desain grafis, yang seperti menara masjid dan pintu masuk, termasuk bintang delapan titik, segi enam dan segi sepuluh, yang semuanya mengelilingi lampu gantung geometris besar dengan desain minimalis.