LANGIT7.ID- Orientalis John L. Esposito dalam bukunya berjudul "
The Islamic Threat: Myth or reality?" yang dalam edisi Indonesia menjadi "
Ancaman Islam Mitos atau Realitas?" mengatakan walaupun asal-usul komunitas Islam itu dari Muhammad dan abad ketujuh, orang-orang Islam - seperti Yahudi dan Kristen - asal-usul tradisi agamanya (Islam) berasal dari Tuhan Yang Esa (Allah) melalui garis panjang kenabian.
Dengan demikian orang-orang Islam menekankan bahwa tradisi Yudaeo-Kristen lebih tepat dikatakan sebagai tradisi Yudaeo-Kristen-Islam karena ketiganya merupakan putra-putra Ibrahim as, Nabi pertama yang menerima Wahyu Tuhan.
Mereka sama-sama percaya kepada Nabi Ibrahim as, yang percaya kepada Tuhan, nabi-nabi wahyu, umat yang mengemban mandat Tuhan, dan tanggung jawab moral.
"Jika asal-usul orang Yahudi dan Kristen dari Ibrahim dan Sarah melalui Ishaq, orang Islam pun demikian halnya melalui Isma'il, putra pertama Ibrahim dan Hajar," katanya.
Kalau dalam kisah suci orang-orang Yahudi tercatat kemenangan monoteisme yang diturunkan kepada Adam, Ibrahim dan Musa dalam dunia politeistik, demikian juga dalam sejarah Islam terungkap proses yang sama dari monoteisme, kerasulan dan wahyu Tuhan yang tidak mengenal kompromi di kalangan lingkungan sosial politeisme kesukuan.
Kalau orang-orang Yahudi mempunyai Taurat, orang-orang Kristen mempunyai Injil, orang-orang Islam pun mempunyai Kitab Suci Al-Quran.
Baca juga: Nabi Muhammad di Mata Orientalis John L. Esposito: Islam Bukan Agama Baru Orang-orang Islam percaya bahwa Tuhan pertama kali menurunkan wahyu kepada bangsa Yahudi lalu kepada orang-orang Kristen, tetapi kemudian wahyu itu terdistorsi karena ulah manusia yang melakukan perubahan dan penambahan terhadap kitab tersebut yang mengakibatkan timbulnya kepercayaan akan inkarnasi, penyaliban, kematian dan kebangkitan Nabi Isa as serta doktrin penebusan dosa.
Bibel Yahudi atau Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru Kristen diyakini sebagai versi wahyu Ilahi yang sudah rusak. Kemudian Tuhan menurunkan wahyu sekali lagi kepada Muhammad, Nabi yang paling akhir.
Inilah yang kemudian menjadi dasar kepercayaan orang-orang Islam bahwa Al-Quran, yang dipandang sebagai Firman Tuhan yang sempurna, lengkap, yang menggantikan kitab suci Kristen dan Yahudi.
Profesor AgamaJohn Louis Esposito adalah seorang akademisi Amerika, profesor dari Timur Tengah dan studi agama, dan sarjana dari studi Islam.
Orientalis kelahiran 19 Mei 1940 ini menjabat sebagai Profesor Agama, Urusan Internasional, dan Kajian Islam di Georgetown University di Washington, DC. Dia juga direktur pendiri Pusat Pangeran Alwaleed untuk Pemahaman Muslim–Kristen di Georgetown.
John Louis Esposito dikenal sebagai seorang pengamat Islam atau ―Islamisis yang netral dan relatif proporsional- sebagai pembedaan dengan Orientalis- terkemuka di Barat.
Esposito juga dikenal sebagai salah seorang cendekiawan yang sangat aktif menyuarakan dialog peradaban, dialog antarumat beragama, terutama antara Islam dan Kristen.
Ia juga dikenal sebagai penulis yang sangat produktif sekaligus kritis terhadap kajian yang dilakukan oleh para pakar Islam di Barat dan telah melahirkan puluhan karya baik dalam bentuk buku, ratusan artikel, penelitian tentang Islam yang menjadi referensi penting bagi sarjana Muslim dan Barat pada umumnya.
Beberapa karya terpenting Esposito adalah buku The Islamic Threat: Myth or Reality, Dalam buku ini, Esposito mengambil sikap yang berbeda dengan pakar keislaman di Barat dalam melihat kebangkitan Islam dan membantah teori para pakar Islam di Barat yang menyatakan Islam sebagai ancaman baru pasca tumbangnya komunisme yang dibesar-besarkan para pakar dan dilestarikan oleh media-media di Barat.
Karya terpenting lainnya adalah, Islam: The Straight Path, Unholy War: Terror in the Name of Islam dan The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World.
Posisi Esposito seringkali diterjemahkan berbagai kalangan sebagai juru bicara Islam dan Barat mengajak untuk selalu bekerja sama dan tidak tenggelam dalam konflik peradaban.
Oleh karena itu, menurut Esposito bahwa saat ini perjumpaan Islam dan Barat harus dimaknai membangun dialog peradaban, bukan konfrontasi atau saling curiga.
(mif)