LANGIT7.ID–Jakarta; Tak banyak disadari, salah satu penyakit hati paling berbahaya ternyata bukan hanya soal kebencian atau iri hati, melainkan syuh—sifat pelit yang dibarengi dengan tamak, cinta berlebihan terhadap harta, serta enggan berbagi. Dalam ajaran Islam, penyakit ini disebut sebagai dosa besar yang bisa menghancurkan seseorang baik di dunia maupun di akhirat.
Informasi ini disampaikan dalam channel YouTube Ustadz Khalid Basalamah Official. Beliau menekankan pentingnya mewaspadai penyakit hati ini karena dampaknya bisa merusak banyak aspek kehidupan seorang Muslim, mulai dari hubungan sosial hingga kualitas ibadah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud (1698), Rasulullah ﷺ memperingatkan:
"Waspadalah dengan sifat ‘syuh’ (tamak lagi pelit), karena sifat ‘syuh’ yang membinasakan orang-orang sebelum kalian. Sifat itu memerintahkan mereka untuk bersifat bakhil, maka mereka pun bersifat bakhil. Sifat itu memerintahkan mereka untuk memutuskan hubungan kekerabatan, maka mereka pun memutuskan hubungan kekerabatan. Dan sifat itu memerintahkan mereka berbuat dosa, maka mereka pun berbuat dosa.”
Peringatan keras ini menunjukkan bahwa syuh bukan sekadar keengganan untuk berbagi, tetapi menciptakan rangkaian kerusakan sosial: dari kebakhilan, retaknya hubungan kekeluargaan, hingga keberanian untuk bermaksiat. Dampaknya bisa sangat luas dan merusak.
Akar dari sifat ini adalah kecintaan yang berlebihan terhadap harta dan keengganan untuk memberi, bahkan dalam kondisi mampu. Padahal, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk rajin bersedekah, berinfak, dan saling membantu sebagai bagian dari pembersihan hati.
Melatih diri untuk memberi tidak hanya menumbuhkan empati, tapi juga menjadi penawar atas racun sifat syuh. Seorang Muslim yang dermawan sejatinya adalah sosok yang bersih hatinya dan dekat dengan rahmat Allah.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Muslim:
"Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya."
Ini menunjukkan bahwa mengajak orang lain untuk bersedekah atau berbuat kebaikan pun sudah bernilai ibadah dan menjadi pelindung diri dari sifat-sifat tercela.
Mari bersama menjaga hati dan menjauhi sifat syuh sebelum ia mengakar dan membinasakan. Karena harta hanyalah titipan, sementara kemuliaan sejati adalah hati yang lapang dan tangan yang ringan memberi.
Wallāhu Ta‘ālā a‘lam bishawāb.
(lam)