LANGIT7.ID-Jakarta; Sahabatku, pernahkah kita merenung… kenapa hidup ini rasanya penuh ujian? Sakit, kegagalan, atau kecewa, kadang datang bergantian.
Padahal, semua sudah Allah tulis di Lauh Mahfudz, bahkan sebelum kita lahir.
Tidak ada yang kebetulan.
Setiap detail dalam hidup, termasuk air mata yang menetes pun, sudah masuk dalam skenario-Nya yang sempurna.
Lalu, mengapa ujian hadir? Apakah Allah membenci kita? Tidak! Justru sebaliknya. Ujian itu tanda cinta. Allah sedang mendidik, membersihkan, dan mengangkat derajat kita.
Kalau Allah cinta, pasti Dia perhatikan. Kalau Allah sayang, pasti Dia tempah. Seperti emas, yang semakin panas dibakar, justru semakin berharga dan mengkilap. Iman dan hati kita pun begitu. Tak ada kualitas tanpa diuji.
Lihatlah para nabi, para sholeh, bukankah mereka justru yang paling berat ujiannya? Ini artinya, semakin Allah cinta, semakin Allah ingin “meng-upgrade” diri kita.
Kuncinya, jangan buru-buru berburuk sangka. Ilmu, iman, dan prasangka baik—itulah tiga bekal utama.
Ketika kesulitan datang, yakinilah: ini penghapus dosa. Ini pengangkat derajat. Bahkan, ini tiket menuju surga. Insya Allah.
Syaratnya satu: sabar dan ridha. Karena hubungan terbaik dengan Allah bukan ketika hidup senang-senang saja, tapi ketika kita bisa menerima dengan ikhlas dalam keadaan sulit.
Yuk, perbaiki hubungan kita dengan Allah. Bangun ridha, bahkan untuk takdir yang kadang terasa pahit. Inilah puncak keimanan—bukan sekadar menerima yang indah, tapi juga berserah ketika ujian datang.
Hidup ini bukan tentang seberapa sering kita diuji, tapi tentang seberapa kuat kita bertumbuh setelahnya.
Percayalah, setiap ujian adalah surat cinta yang dikirim khusus untuk kita. Maka, balaslah dengan sabar, syukur, dan keyakinan: “Setelah kesulitan, pasti ada kemudahan.”(*/saf/quantum millionare)
(lam)