LANGIT7.ID-, - Aksi protes warga India terhadap jenama Prada, berbuntut panjang. Merek asal Italia itu dituduh merampas budaya India usai memamerkan koleksi alas kaki terbaru, yang amat mirip dengan sandal tradisional asal India. Tuntutan ganti rugi dan kompensasi kepada pengrajin lokal pun telah diajukan.
Prada meluncurkan koleksi alas kaki terbaru berupa sandal anyaman, yang dipamerkan di Milan Fashion Week pekan lalu. Sandal itu memiliki pola anyaman berujung terbuka yang sangat mirip dengan sandal Kolhapuri tradisional yang dibuat di negara bagian Maharashtra dan Karnataka, India.
Baca juga: Koleksi Terbaru Prada Tuai Protes karena Dinilai Merampas Budaya IndiaPada penjelasannya, Prada menggambarkan sandal tersebut sebagai "leather footwear" atau "alas kaki kulit", tetapi tidak menyebutkan asal-usulnya dari India.
Sontak hal inilah yang memicu reaksi keras, serta tuduhan perampasan budaya di India. Ribuan perajin lokal yang membuat alas kaki kulit tradisional dengan tangan, secara manual, melancarkan serangan kolektif terhadap Prada karena menjiplak desain mereka tanpa menyebutkan sumbernya.
Untuk saat ini, permohonan telah diajukan di pengadilan tinggi, menuntut Prada membayar ganti rugi dan kompensasi kepada para perajin, beserta kerja sama yang diawasi pengadilan antara label mewah tersebut dan asosiasi perajin. Melansir BBC, Sabtu (5/7/2025).
Salah satu pengrajin bernama Sadashiv Sanake (58) menjadi saksi kerja keras di balik pembuatan sandal kulit Kolhapuri yang ikonik.
"Saya belajar membuat kerajinan ini sejak kecil," ungkapnya kepada BBC. Kerja keras sehari dihabiskan untuk membuat "delapan hingga 10 pasang" sandal ini, katanya, yang dijual dengan harga eceran USD8-10.
Hampir 5.000 pengrajin di Kolhapur masih menekuni profesi ini, sebuah industri rumahan yang berjuang untuk bersaing di dunia yang serba mekanis, terjebak dalam kondisi kerja yang buruk dan upah yang rendah.
Maka tidak mengherankan ketika merek mewah Italia Prada merilis lini alas kaki baru yang sangat mirip dengan sandal Kolhapuri, tetapi tidak menyebutkan asal desainnya memicu kemarahan pengrajin lokal.
Reaksi keras pun cepat muncul. Media sosial dibanjiri tuduhan perampasan budaya hingga mendorong Prada mengeluarkan pernyataan yang mengakui asal muasal sandal tersebut. Pernyataan berupa pengakuan bahwa sandal Prada tersebut terinspirasi oleh alas kaki tradisional India.
Menurut desainer terkenal, Ritu Beri, kasus ini tentang pengakuan etis. "India harus mendorong pembagian royalti dan co-branding. Semakin kita bangga dengan budaya kita, semakin sedikit kita akan dieksploitasi," tegas Ritu Beri.
Lalit Gandhi, presiden Kamar Dagang, Industri, & Pertanian Maharashtra (MCCIA), sebuah kelompok perdagangan industri terkemuka, mengatakan bahwa organisasinya berencana untuk mematenkan desain sandal Kolhapuri, dengan harapan dapat menciptakan preseden hukum untuk kasus-kasus di masa mendatang.
Gandhi mengatakan bahwa dukungan Prada terhadap sandal Kolhapuri juga dapat bermanfaat bagi para perajin.
"Dengan merek mereka, nilai [sandal Kolhapuri] akan meningkat berkali-kali lipat. Namun, kami ingin sebagian keuntungan tersebut diberikan kepada para perajin untuk perbaikan mereka," tegas Gandhi.
Prada, dalam sebuah pernyataan dengan BBC, bahwa pihaknya sedang berunding dengan MCCIA mengenai masalah ini. Gandhi mengatakan, pertemuan antara kedua pihak akan berlangsung minggu depan.
(lsi)