LANGIT7.ID-, Jakarta - - Praktik curang terkait
beras oplosan ternyata memiliki modus yang lebih luas lagi. Selain dioplos, yaitu dengan menaikkan harga dari yang seharusnya, serta berat yang kurang dari seharusnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah mengungkapkan temuan mencengangkan di lapangan terkait beras oplosan. Bersama Satgas Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) menemukan 212 merek beras yang tidak sesuai standar, dan diduga dioplos antara beras medium dan premium.
Atas tindakan tersebut, Mentan Amran menegaskan tidak akan mentolerir tindakan curang ini karena telah mempermainkan rakyat.
"Kami tidak akan mentolerir praktik curang seperti ini. Jangan permainkan rakyat dengan mengoplos beras dan menjualnya dengan harga premium. Ini bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga moral," tegas Mentan Amran kepada wartawan.
Begitu juga soal harga beras yang menurutnya telah melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditentukan pemerintah.
Amran menekankan bahwa tidak ada alasan logis bagi harga beras berada di atas HET, mengingat kondisi produksi dan stok nasional dalam kondisi sangat baik.
Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional periode Januari-Agustus 2025 akan mencapai 24,97 juta ton, atau naik 14,09 persen dibanding periode sama 2024 yang sebesar 21,88 juta ton.
"Produksi tinggi, stok melimpah. Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk menaikkan harga seenaknya. Jangan akali pasar dengan manipulasi kualitas dan harga. Ini menyangkut kebutuhan pokok rakyat," tegasnya.
Lebih lanjut, Mentan Amran menekankan bahwa tidak ada alasan logis bagi harga beras berada di atas HET, mengingat kondisi produksi dan stok nasional dalam kondisi sangat baik.
Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional periode Januari-Agustus 2025 akan mencapai 24,97 juta ton, atau naik 14,09 persen dibanding periode sama 2024 yang sebesar 21,88 juta ton.
"Produksi tinggi, stok melimpah. Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk menaikkan harga seenaknya. Jangan akali pasar dengan manipulasi kualitas dan harga. Ini menyangkut kebutuhan pokok rakyat," tegasnya.
Belum lagi persoalan berat beras dalam kemasan. Berdasarkan temuan, sebanyak 86 persen produk terbukti mencantumkan label palsu.
"Bahkan ada kemasan yang bertuliskan 5 kilogram, padahal isinya hanya 4,5 kilogram. Kalau emas ditulis 24 karat padahal hanya 18 karat, itu penipuan, sangat merugikan masyarakat," kata Amran, mengutip RRI.
Untuk itu, Mentan Amran meminta pihak-pihak yang terkait dengan kasus dugaan beras oplosan ini untuk segera fokus melakukan perbaikan mutu produk.
Salah satu yang disebut Amran adalah PT Food Station Tjipinang Jaya. Perusahaan ini mengeluarkan sejumlah merek beras seperti Alfamidi Setra Pulen, Beras Premisum Setra Ramos, dan lainnya yangtidak memenuhi syarat mutu beras premium sesuai standar yang sudah ditetapkan pemerintah.
Kesimpulan itu mereka ambil setelah menguji sampel beras dari Food Station di lima laboratorium berbeda.
Baca juga: Waspada Beras Oplos, Kementan Rilis Daftar Merek Beras yang Diduga OplosanTak hanya itu, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Pertanian Moch Arief Cahyono juga menyebut bahwa hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa beras-beras tersebut dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
"Jika pihak Food Station membutuhkan salinan data hasil laboratorium, silakan menghubungi Satgas Pangan Mabes Polri. Mereka telah memiliki seluruh hasil pengujian dan sedang mendalami temuan ini," ujar Arief dalam keterangan resmi Kamis (17/7).
"Kami mengimbau PT Food Station Tjipinang Jaya dan pihak-pihak terkait untuk segera fokus pada perbaikan mutu produk. Daripada sibuk menangkis isu di media, kami ingin melihat langkah nyata untuk memastikan mutu beras sesuai standar dan harga tetap wajar bagi masyarakat," tegas Amran.
(lsi)