Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 12 Oktober 2025
home lifestyle muslim detail berita

Aisyiyah Bersama Enzim Perkuat PHBS untuk Cegah Penyakit Gigi dan Mulut di Masyarakat

tim langit 7 Sabtu, 09 Agustus 2025 - 14:44 WIB
Aisyiyah Bersama Enzim Perkuat PHBS untuk Cegah Penyakit Gigi dan Mulut di Masyarakat
MaKes PP Aisyiyah, Dr. dr. Pitut Aprilia S., MKK, dan dokter gigi drg. Nini Nadya saat memberikan edukasi pentingnya menjaga kesehatan gigi di Aula Aisyiyah, Kota Depok.
LANGIT7.ID–Depok; Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah kembali menegaskan komitmennya menjadikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai gerakan kesehatan berkelanjutan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari keluarga hingga ke tingkat akar rumput. Komitmen ini disampaikan dalam acara edukasi bertema “Kajian Kesehatan PHBS dalam Keluarga: Menjaga Kesehatan Dimulai dari Rumah bersama Enzim” yang digelar di Aula Aisyiyah, Depok, Sabtu (9/8/2025). Kegiatan tersebut menghadirkan MaKes PP Aisyiyah, Dr. dr. Pitut Aprilia S., MKK, dan Dokter Gigi Nini Nadya, yang memberikan penjelasan komprehensif tentang penerapan PHBS dalam kehidupan sehari-hari dan kaitannya dengan kesehatan gigi dan mulut.

Dr. Pitut memaparkan bahwa PHBS telah menjadi salah satu program unggulan Aisyiyah yang dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia. Menurutnya, gerakan ini memiliki tujuan besar, yaitu memandirikan masyarakat dalam hal kesehatan, sehingga mereka mampu mengenali, mencegah, dan mengatasi masalah kesehatan dengan sumber daya yang ada. Program ini tidak hanya untuk anggota Aisyiyah dan Muhammadiyah, tetapi juga terbuka untuk masyarakat luas, dengan cakupan mulai dari wilayah perkotaan hingga pelosok desa.

Ia menuturkan, latar belakang penguatan gerakan PHBS mencakup berbagai persoalan kesehatan di Indonesia yang memerlukan perhatian serius. Data yang ia paparkan menunjukkan bahwa setiap hari terdapat 185 bayi baru lahir dan 38 ribu ibu meninggal akibat masalah persalinan. Angka stunting pada anak di bawah dua tahun juga masih mengkhawatirkan, di mana satu dari tiga anak mengalami kondisi tersebut. Selain itu, sekitar 12 persen anak usia balita hingga remaja belum mendapatkan imunisasi lengkap, sementara anemia akibat kekurangan zat besi menjadi salah satu penyebab tingginya kematian ibu saat melahirkan.

Baca juga: Edukasi PHBS di Depok: Aisyiyah dan Enzim Ajak Keluarga Jaga Kesehatan dari Rumah

Penyakit menular seperti tuberkulosis masih menjadi masalah besar, bersamaan dengan meningkatnya penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan sindrom metabolik. Penyakit tidak menular ini sering kali disebut silent killer karena gejalanya tidak terlihat jelas namun berisiko tinggi menimbulkan komplikasi mematikan. Ia juga menyoroti meningkatnya masalah kesehatan mental dan sosial, termasuk maraknya kasus bunuh diri, pernikahan di luar nikah, hingga perilaku berisiko pada remaja, yang menurutnya membutuhkan perhatian serius dan pendekatan edukasi yang berkesinambungan.

Menurut Dr. Pitut, PHBS di rumah tangga mencakup tiga pilar utama yang menjadi pondasi kesehatan masyarakat. Pilar pertama adalah bidang gizi, yang menekankan konsumsi sayur dan buah setiap hari, penggunaan garam beryodium, serta pemantauan berat badan dan tinggi badan secara rutin. Konsep gizi seimbang kini menjadi panduan utama, menggantikan pola lama empat sehat lima sempurna, dengan penekanan pada keseimbangan asupan makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Mikronutrien berperan penting dalam mencegah penyakit, termasuk zat besi yang sangat dibutuhkan oleh perempuan usia subur untuk mencegah anemia dan komplikasi saat melahirkan.

Pilar kedua adalah kesehatan lingkungan, yang meliputi pengelolaan sampah dengan benar, penggunaan jamban sehat, pemberantasan jentik nyamuk, dan pemanfaatan air bersih. Ia mencontohkan masih adanya masyarakat di daerah nelayan yang lebih memilih buang air besar di laut meski sudah memiliki jamban sehat di rumah. Hal ini, menurutnya, membuktikan bahwa perilaku menjadi faktor kunci dalam keberhasilan program kesehatan lingkungan. Tanpa perubahan perilaku, fasilitas yang baik pun tidak akan bermanfaat optimal.

Pilar ketiga adalah kebersihan diri, yang mencakup mandi teratur, cuci tangan pakai sabun, serta perawatan kesehatan gigi dan mulut. Dr. Pitut menekankan bahwa kebersihan gigi dan mulut sering kali diabaikan, padahal dapat menjadi sumber infeksi yang menyebar ke organ vital seperti jantung, ginjal, mata, dan telinga. Banyak kasus meninggal dunia yang penyebab awalnya berasal dari infeksi gigi berlubang yang tidak ditangani dengan baik.

Aisyiyah Bersama Enzim Perkuat PHBS untuk Cegah Penyakit Gigi dan Mulut di Masyarakat

Ia juga menyoroti kebiasaan merokok di dalam rumah yang membahayakan seluruh anggota keluarga. Perokok pasif, terutama anak-anak, memiliki risiko lebih besar terhadap penyakit pernapasan dan komplikasi kesehatan lainnya. Edukasi yang konsisten menjadi kunci untuk mengubah perilaku tersebut, di samping memberikan pemahaman bahwa menjaga kebersihan dan kesehatan adalah bagian dari ibadah.

Setelah pemaparan Dr. Pitut, pembahasan dilanjutkan dengan materi dari Dokter Gigi Nini Nadya yang secara khusus mengulas peran kesehatan gigi dan mulut dalam menunjang PHBS. Ia mengungkapkan bahwa penyakit gigi dan mulut menempati urutan kedua terbesar di dunia, dengan 98 persen manusia pernah mengalaminya. Menurutnya, kesehatan gigi sangat bergantung pada kualitas air liur yang berfungsi sebagai pelindung alami, membantu proses pencernaan, melumasi mulut, dan mencegah infeksi.

Air liur mengandung 40–50 jenis protein, termasuk laktoperoksidase, lisosim, dan laktoferin yang berperan dalam mengendalikan pertumbuhan kuman. Kualitas air liur manusia purba, kata Nini, jauh lebih baik karena pola hidup mereka yang sederhana dan bebas dari bahan kimia. Sebaliknya, kualitas air liur manusia modern menurun akibat tiga faktor utama, yaitu penggunaan pasta gigi yang mengandung detergen seperti sodium lauryl sulfate, penggunaan antiseptik berlebihan, serta konsumsi makanan modern yang mengandung pengawet, pewarna, perasa, dan residu pestisida.

Detergen dalam pasta gigi dapat menyebabkan iritasi, merusak indera pengecap, dan mengubah rasa makanan. Antiseptik, baik dalam pasta gigi maupun obat kumur, sebaiknya hanya digunakan pada kondisi tertentu seperti infeksi dan bukan untuk pemakaian sehari-hari. Makanan modern yang sarat bahan kimia juga dapat mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme di mulut.

Drg. Nini memaparkan empat masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang sering ditemui, yaitu sariawan, bau mulut, radang gusi, dan gigi berlubang. Sariawan biasanya muncul ketika mulut kering dan kualitas air liur menurun, yang memicu pertumbuhan bakteri penyebab luka di mulut. Bau mulut, yang sering diasumsikan berasal dari gangguan pencernaan, justru 86 persen penyebabnya ada di rongga mulut. Radang gusi yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi periodontitis, membuat gusi turun, dentin terbuka, dan gigi menjadi sensitif.

Gigi berlubang bermula dari penumpukan plak yang berubah menjadi asam dan merusak email gigi, kemudian meluas ke dentin dan pulpa. Jika tidak diobati, infeksi dapat membentuk kantong nanah yang berpotensi menyebar melalui aliran darah ke organ lain seperti jantung, paru-paru, ginjal, dan sendi. Ia menekankan bahwa lubang gigi yang kecil sebaiknya segera ditangani untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Menurutnya, risiko kerusakan gigi dan mulut meningkat saat tidur malam karena produksi air liur berkurang. Menggosok gigi sebelum tidur menjadi langkah penting untuk mencegah pertumbuhan kuman yang dapat menimbulkan bau mulut, gigi berlubang, dan radang gusi. Ia merekomendasikan penggunaan pasta gigi tanpa detergen yang dapat menjaga kebersihan gigi lebih lama tanpa mengubah rasa makanan.

Sebagai penutup, Aisyiyah mendorong kader dan masyarakat untuk aktif menyosialisasikan PHBS, termasuk edukasi kebersihan gigi dan mulut, baik melalui pertemuan langsung maupun media sosial. WhatsApp, Facebook, Instagram, dan TikTok menjadi kanal yang efektif untuk menyebarkan informasi kesehatan, dengan waktu unggah strategis seperti pagi, siang, sore, dan sebelum tidur agar pesan lebih banyak tersampaikan. Edukasi yang tepat waktu, berulang, dan berbasis fakta diharapkan mampu membangun kesadaran, mengubah perilaku, serta menurunkan angka kesakitan di Indonesia.

(lam)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 12 Oktober 2025
Imsak
04:07
Shubuh
04:17
Dhuhur
11:43
Ashar
14:45
Maghrib
17:49
Isya
18:58
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan