Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 05 Mei 2024
home global news detail berita

Ketergantungan dan Ancaman Media Sosial

muhamad ali Rabu, 06 Oktober 2021 - 07:02 WIB
Ketergantungan dan Ancaman Media Sosial
Muhamad Ali, Pemerhati Human Capital Management. Foto. Langit7.id
skyscraper (Desktop - langit7.id)
LANGIT7.ID, Jakarta - Efek dari media sosial ini di masa depan belumlah mendapat ruang lebih dalam untuk diteliti atau dianalisis. Namun kebanyakan orang tua sudah mulai mengeluhkan dampak media sosial ini terhadap anak-anak mereka.

Oleh: Muhamad Ali

Mark Zuckerberg, pemilik platform media Facebook, Instagram, dan Whatsapp baru saja minta maaf. Gara-garanya layanan tersebut sempat kolaps dan tidak bisa digunakan oleh miliaran warganet di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia.

Kita melihat, betapa mengerikannya derajat ketergantungan kita pada suatu platform atau sistem. Media sosial adalah raksasa yang luar biasa mengatur hidup setiap individu dan membuatnya tergantung sepanjang waktu.

Baca Juga: Tentang Vaksinasi dan Kehidupan dari Pandemi ke Endemi

Saya jadi ingat, ketika fast food (makanan cepat saji) berkembang menjadi kebudayaan global, orang ramai-ramai menyambutnya dengan gegap gempita. Industri ini menghadirkan gaya hidup baru yang berbeda dari gaya hidup lama, bukan semata-mata dari jenis makanan dan minumannya, tetapi juga dari cara menikmatinya.

Budaya nongkrong, bercengkrama, berkumpul, berdiskusi, atau mengajak bersenang-senang, adalah bagian tak terpisahkan dari arus industri makanan/minuman cepat saji ini. Oleh karena itu, tak hanya remaja, anak-anak dan orang tua pun menyukainya.

Kelebihan dari model bisnis ini adalah kemampuannya menduplikasi produk dan layanan dalam waktu cepat di segala tempat. Jika pada tahun 1980-an industri ini baru berkembang di kota-kota utama di seluruh dunia, hanya dalam waktu kurang dari sepuluh tahun ia sudah mampu merambah ke kota-kota menengah hingga kecil, di negara maju maupun miskin sekalipun.

Baca Juga: Mobilitas yang Menggeliat, Ekonomi yang Masih Sekarat

Jika pada awal kehadirannya makanan cepat saji hadir dengan citarasa yang seragam, dalam perjalanannya ia mampu beradaptasi dengan citarasa dan selera lokal. Kelebihan lainnya tentu saja terletak pada pemanfaatan teknologi pemrosesan/pengolahan dan penyimpanan makanan, sistem pemesanan yang berbasis teknologi informasi, sehingga menghasilkan pengelolaan logistik yang efektif, distribusi layanan yang cepat dan standar, dan operasional kios yang sangat efisien.

Akan tetapi, setelah berkembang selama puluhan tahun dan menjadi industri yang luar biasa hegemonik di seluruh dunia, makanan cepat saji kini mulai dipertanyakan dan dikritik banyak pihak. Ia dicap sebagai makanan sampah, junk food. Ia dituding penyebab obesitas di kalangan anak-anak. Ia dicap sebagai sumber penyakit bagi sebagian orang tua. Lebih jauh lagi, ia dituduh menjadi bagian dari perang kebudayaan global yang menghancurkan kebudayaan dan keragaman makanan lokal.

Saya melihat kesamaan atau kesejajaran antara budaya fast food ini dengan media sosial hari ini. Fast-food adalah pemenuhan kebutuhan fisik yang paling dasar manusia dan kemudian dikonversi menjadi gaya hidup. Media sosial hari ini, sudah menjadi semacam kebutuhan fisik dasar, menggantikan kebutuhan manusia akan makan dan minum.

Baca Juga: Mendigitalkan Kehidupan Kerja dari Ujung ke Ujung

Efek dari media sosial ini di masa depan belumlah mendapat ruang lebih dalam untuk diteliti atau dianalisis. Namun kebanyakan orang tua sudah mulai mengeluhkan dampak media sosial ini terhadap anak-anak mereka. Ketergantungan itu telah menimbulkan kekhawatiran yang sama dengan kekhawatiran para orang tua terhadap obesitas akibat serbuan junk food atau fast food.

Namun kebanyakan dari kita sepertinya belum menyadari sepenuhnya, bahwa efek dari ketergantungan terhadap media sosial, bisa menjadi sangat ekstrem dan radikal, sehingga nilai-nilai lama tentang psikologi, filsafat, antropologi, dan agama, bisa berada di dalam situasi kritikal, karena tersedia paradigma, nilai-nilai, dan pandangan baru yang membongkar yang lama.

Pemerhati Human Capital Management

(asf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 05 Mei 2024
Imsak
04:26
Shubuh
04:36
Dhuhur
11:53
Ashar
15:13
Maghrib
17:49
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan