Langit7, Jakarta - Pembiayaan hijau Islam (PHI) memberikan kontribusi besar dalam pemulihan ekonomi nasional. Apalagi, pembelanjaan masyarakat untuk produk serta gaya hidup halal akan semakin prospektif pasca pandemi. Tidak hanya itu, proyeksi keuangan syariah juga diasumsikan akan meningkat dibandingkan sebelum pandemi.
“Produk halal yang tidak terlalu terpengaruh oleh pandemi COVID-19 adalah pangan halal. Demikian juga dengan
global islamic finance asset growth, yang tidak terlalu terpengaruh pandemi. Bahkan, pada tahun 2024 diprediksikan akan meningkat cukup tajam,” kata Prof Hermanto Siregar, dosen IPB University dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Lebih lanjut, Prof Hermanto mengatakan, posisi Indonesia dalam keuangan syariah di beberapa sektor industri terbilang masih cukup bagus. Ia menerangkan, distribusi nilai terbanyak daripada
global islamic finance asset adalah pada sektor perbankan. Sedangkan di Indonesia paling banyak terdapat pada pasar modal.
Baca juga: Gubernur BI Sebut Lima Tantangan Perekonomian Pasca Pandemi Covid-19Aset keuangan dan perbankan syariah, lanjutnya, menunjukkan tren yang meningkat meskipun dampak pandemi cukup parah bagi Indonesia. “Slope pasar modal syariah pada total asetnya cenderung meningkat. Laju pertumbuhannya juga meningkat tajam,” kata Prof Hermanto Siregar.
Prof Hermanto juga menerangkan, pembiayaan dari bank syariah mengalami penurunan pada kuartal akhir 2020 meskipun angkanya belum negatif. Menurutnya, pertumbuhan pembiayaan bank syariah terhadap kredit bank konvesional, laju pertumbuhan pembiayaannya lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan syariah lebih tahan daripada bank konvensional.
“Model pengembangan ekositem rantai nilai halal oleh Bank Indonesia dikembangkan untuk meningkatkan nilai manfaat dari berbagai instrumen pembiayaan syariah. Sebagai contoh, BI telah berkolaborasi dengan pesantren untuk membangun integrated farming yang berorientasi ekspor,” tambah Prof Hermanto Siregar.
Ia menyebutkan, potensi pembiayaan hijau islam seyogyanya demi menggapai kondisi lingkungan yang lebih baik. Baik dari sisi finansial, sosial maupun lingkungan. Tidak hanya itu, pemanfaatannya mencakup berbagai hal, seperti dari investasi dan pembangunan yang difokuskan pada green project. Upaya ini diharapkan dapat meminimumkan dampak perubahan iklim yang dirasakan belakangan ini.
Baca juga: Kominfo Beri Pelatihan Start-up Digital Bagi Pemuda PapuaProf Hermanto menerangkan, pembiayaan hijau islam mengintegrasikan pembiayaan hijau dengan ekonomi syariah. Dengan sasaran pembangunan berkelanjutan yang merupakan tujuan yang hendak dicapai. Semua sasaran ini dapat dikaitkan dengan dasar nilai-nilai Islam pada ekonomi dan keuangan Islam.
“Jadi mengawinkan atau mengkombinasikan kedua hal itu (ekonomi dan nilai Islam) adalah suatu hal yang cocok dan tidak terlalu susah,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Prof Hermanto Siregar turut mengapresiasi peluncuran dua buku baru BINS terkait pembiayaan hijau Islam dan instrumen Moneter Islam. Menurutnya, dengan adanya buku tersebut akan memberikan literatur baru terkait PHI.
(zul)