LANGIT7.ID, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Tohir, mengungkapkan tiga strategi untuk menyeimbangkan dan mengejar ketertinggalan ekonomi syariah. Ketiganya yaitu Muslim Berkarya, melibatkan pesantren sebagai mercusuar peradaban, dan membangun infrastruktur untuk UMKM.
Dia menjelaskan, umat muslim harus bisa berdaya saing dalam berkarya. Menurut dia, selama ini umat Islam masih kalah di bidang ekonomi. ‘’Muslim berkarya, yang selama ini mohon maaf kalah,’’ katanya dalam Rapat Pleno Kongres Ekonomi Umat II Majelis Ulama Indonesia (MUI), di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (11/12).
Erick melanjutkan, mengenai strategi yang melibatkan pesantren yang akan dijadikan sebagai mercusuar peradaban. Dia menceritakan, saat beberapa kali turun ke pondok pesantren bersama Sekjen MUI, Buya Amirsyah Tambunan, dia melihat pesantren Al Ittifaq, Ciwidey Bandung, yang mandiri secara ekonomi.
Baca Juga: Masjid Al-Rahma Liverpool Mendapat Penghargaan Bergengsi di InggrisDi pesantren tersebut, dia melihat bahwa pesantren Al Ittiqaf membangun pertanian agroponik yang melibatkan penduduk sekitar. ‘’Saya beberapa kali bersama pak Sekjen, melihat salah satunya di Ciwedey, Ponpes Al-Ittifaq, pesantren tersebut membangun pertanian, berdasarkan agroponik melibatkan penduduk sekitarnya dan alhamdulillah yang diproduksi dan dijual ke market, ke pasaran itu selalu kurang,’’ katanya.
Erick menambahkan, pesantren tersebut sampai bekerjasama dengan pesantren lainnya di Jawa Barat bahkan sampai di Lampung. Menurut dia, inilah alasan mengapa pihaknya terus mendorong terwujudnya ekosistem ini.
Baca Juga: Jokowi: Pemerintah Terus Dorong Pengembangan Industri Halal‘’Nah inilah contoh kita harus kembalikan pesantren ini tidak hanya sebagai pusat pendidikan dan pembangunan akhlak, tetapi bagaimana pesantren bisa hidup bersama,’’ jelasnya.
Kemudian, dia menjelaskan mengenai strategi ketiga untuk membangun infrastruktur. Menurut dia, BUMN harus berpihak dan mengintervensi UMKM dengan cara membangun infrastruktur.
Baca Juga: Presiden Jokowi Komitmen Tuntaskan Pelanggaran HAM BeratSelain itu, dia juga menyebut bahwa keuangan Syariah juga harus dikembangkan. ‘’BUMN harus berpihak, harus bisa mengintervensi, seperti yang telah disampaikan, kita membangun dan berpihak kepada UMKM. Ini ekonomi umat salah satunya, financial syariah menjadi salah satu pilihan yang harus dikembangkan,’’ kata dia.
Sementara itu, Wasekjen MUI Bidang Pengembangan Ekonomi Umat, Azrul Tanjung, menyampaikan tujuan Kongres Ekonomi Umat II, yaitu arus baru ekonomi Indonesia berfokus pada redistribusi lahan dan pendanaan usaha mikro ultra mikro.
Arus baru ekonomi merupakan tujuan utama dari Kongres Ekonomi Umat I 2017 dan dipertegas pada Kongres Ekonomi Umat II yang berlangsung mulai Jumat (10/12) sampai Ahad (12/12) tahun ini.
"Arus baru ekonomi umat bertujuan meningkatkan ekonomi dan mengambil hak-hak umat sebagaimana arahan dari Ketum MUI Ketujuh KH. Maruf Amin," ujar Azrul, saat memberikan materi dalam Kongres Ekonomi Umat II, Jumat (10/12) di Hotel Sultan, Jakarta.
Dia mengungkapkan, fokus arus baru ekonomi itu sejalan dengan hasil diskusi antara Ketua Dewan Pertimbangan MUI, KH Ma'ruf Amin, dan Presiden RI, Joko Widodo.
Baca Juga: Pemerintah dan DPR Susun RUU Atur Fintech“Pak Jokowi meminta kemitraan pada Arus Baru Ekonomi Indonesia. Dua hal yang disejui adalah redistribusi aset dan kedua tentang pembiayaan ultra mikro, ” ujarnya.
Menurut Azrul, dua hal tersebut bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan kekuatan ekonomi umat. Arus baru ekonomi umat, ujar dia, harus terus diperjuangkan dengan tujuan untuk kebangkitan umat.
Dia menyampaikan, ajaran agama Islam mengajarkan pentingnya umat Islam membangkitkan ekonomi dengan jalan berbisnis. Kalau bisa, kata dia, bisnis menjadi budaya umat Islam. Banyak perintah agama, baik di Alquran maupun hadits yang menenkankan untuk berbisnis dalam arti yang cukup luas.
Khusus terkait pembangunan usaha mikro dan ultra mikro, Azrul menambahkan, perlu adanya sentuhan kearifan lokal di dalamnya. Kearifan lokal itulah yang menurut Azrul bisa memberikan nilai tambah pada berbagai komoditi unggulan Indonesia.
“Negara kita punya banyak keunggulan komparatif. Itu yang kita sebut sebagai kearifan lokal. Kearifan lokal bisa kita manfaatkan misalnya di dalam kopi dan budaya,” ujarnya.
Baca Juga: MUI Gelar Kongres Ekonomi Umat II Fokus Bahas Redistribusi Lahan dan Pendanaan Usaha Mikro(zhd)