LANGIT7.ID, Jakarta - Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Dr Tohirin, menyampaikan bahwa perbedaan merupakan sunatullah (ketetapan Allah). Oleh karena itu orang yang tidak dapat menerima perbedaan sejatinya menentang sunatullah.
Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Cisauk memberikan pandangan bahwa Islam sangat menerima perbedaan. Hal itu berdasarkan firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 256,
la ikraha fiddin (tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam) dan firman-Nya dalam surat Al Kafirun ayat enam,
lakum dinukum waliyadin (untukmu agamamu dan untukku agamaku).
"Jadi perbedaan itu sudah sunatullah. Ada siang ada malam, ada hidup dan ada mati," ujar Tohirin saat dihubungi
Langit7, Selasa (11/1/2022) pagi.
Baca Juga: Imam Shamsi Ali Ungkap 8 Tantangan dan Peluang Dakwah di AmerikaDalam sejarah, lanjutnya, Nabi Muhammad Sawa pun dihadapkan pada banyak perbedaan. Misalnya pada saat ia hijrah ke Madinah, di sana terdapat perbedaan agama, ras, dan budaya. Terdapat agama Nasrani, Yahudi, dan agama lokal di Madinah.
Saat itu nabi tidak memusuhi atau menolak perbedaan, melainkan merangkulnya. Bahkan Nabi Muhammad Saw mengajak semua elemen masyarakat bekerja sama mempertahankan Negara Madinah dari ancaman luar.
"Saat itu nabi mengajak semuanya bahu-membahu mempertahankan negara Madinah tanpa membeda-bedakakan," ujar Tohirin.
Baca Juga: Ini Perbedaan Konsep Iman Mu’tazilah dengan AhlussunnahMenurut dia, dalam konteks bangsa Indonesia yang memiliki banyak keragaman agama, budaya, ras, dan bahasa, semua elemen masyarakat harus bergotong royong untuk memajukan bangsa Indonesia tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang lain. Tohirin juga menilai permasalahan seperti sesajen ini memang tidak harus selalu diselesaikan di ranah kepolisian, bisa saja tokoh agama memberikan nasihat kemudian masalahnya selesai.
"Namun kasus seperti penendangan sesajen ini memang harus diselesaikan, karena sudah kadung viral. Kalau tidak diselesaikan, dikhawatirkan akan terjadi disharmoni antara umat Islam dan umat Hindu," ujar Tohirin.
Baca Juga: Kopi Manis Plus Gula Aren Lebih Baik? Tengok Ulasannya(zhd)