Ketika hati terasa lelah dan doa terasa sepi, kembalilah kepada Allah. Hanya dengan mengingat-Nya, hati menjadi tenang dan jiwa kembali damai. Temukan ketenangan sejati dalam keikhlasan dan kedekatan kepada Sang Pencipta.
Dari lorong sunyi Khurasan, Bayazid melontarkan kata-kata yang menggetarkan: Subhani! Seruan yang membuatnya dipuja para pencari Tuhan, tapi juga dikecam sebagai penyimpang.
Cinta yang sejati juga diuji dengan ujian ketiga: apakah dzikir, ingatan pada Allah, secara alami terus segar dalam hati? Orang yang mencintai akan terus mengingat, bahkan saat yang diingat itu jauh.
Akan tetapi bagi banyak orang, pengakuan itu berhenti di bibir. Dalam hati, perasaan itu jarang benar-benar bangkit. Bahkan, banyak yang lebih bergairah mengejar dunia ketimbang rindu menatap Sang Pencipta.
Berjalan menuju Allah berarti meninggalkan rumah kita yang sempit --keakuan kita. Keakuan ini tampak dengan jelas pada aku sebagai pusat perhatian. Seluruh gerak kita ditujukan untuk aku.
Mahabah atau kecintaan memiliki tingkatan. Mahabbah yang paling rendah adalah bersihnya hati (salamush shadr) dari perasaan hasud, membenci, dengki dan sebab-sebab permusuhan dan pertengkaran.
Allah mencintai hamba yang memiliki tiga sifat utama: bertakwa (menjalankan perintah dan menjauhi larangan), kaya hati (qona'ah dan ridha), serta khafiy (rendah hati dan tidak suka pamer). Kunci meraih cinta Allah adalah dengan menjalankan ibadah dengan ikhlas dan menghindari riya dalam beramal.