Larangan Khalwat dan Ancaman Runtuhnya Batas-Batas Moral dalam Masyarakat Muslim
Miftah yusufpati
Jum'at, 25 Juli 2025 - 16:30 WIB
Nasihat Rasulullah tetap abadi: jangan berdua-duaan, kecuali bersama mahramnya. Ilustrasi: Ist
LANGIT7.ID-Di balik peringatan keras Nabi Muhammad SAW tentang larangan berduaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya, tersembunyi kekhawatiran mendalam terhadap runtuhnya sendi moral masyarakat. Sebuah larangan yang tampak sederhana—“jangan berdua-duaan kecuali dengan mahramnya”—menyimpan pelajaran sosiologis dan spiritual yang panjang.
Di tengah maraknya fenomena pergaulan bebas, batas antara privasi dan peluang maksiat menjadi kian kabur. Khalwat, atau bersendiri dengan lawan jenis tanpa pengawasan mahram, dianggap sepele dalam banyak interaksi sosial modern: bekerja dalam satu ruangan tertutup, mengantar pulang teman, belajar berdua. Namun dalam pandangan syariat, di situlah lubang kehancuran bisa menganga.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan,” sabda Nabi, seperti diriwayatkan Imam Ahmad.
Larangan itu tidak semata-mata membatasi ruang gerak atau mencurigai niat. Islam memahami tabiat manusia: perasaan bisa tumbuh bukan karena rencana, tapi karena kesempatan.
Baca juga: Islam Tidak Hanya Melarang Zina, tetapi juga Melarang Mendekatinya
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya atas surah al-Ahzab ayat 53 menjelaskan, pembatasan interaksi antara laki-laki dan perempuan asing ditujukan untuk membersihkan hati—baik hati laki-laki maupun perempuan. Islam, sejak awal, tak menaruh kepercayaan penuh pada kemampuan manusia dalam mengendalikan nalurinya, apalagi saat pintu godaan terbuka lebar.
Bertemu Maut
Di tengah maraknya fenomena pergaulan bebas, batas antara privasi dan peluang maksiat menjadi kian kabur. Khalwat, atau bersendiri dengan lawan jenis tanpa pengawasan mahram, dianggap sepele dalam banyak interaksi sosial modern: bekerja dalam satu ruangan tertutup, mengantar pulang teman, belajar berdua. Namun dalam pandangan syariat, di situlah lubang kehancuran bisa menganga.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan,” sabda Nabi, seperti diriwayatkan Imam Ahmad.
Larangan itu tidak semata-mata membatasi ruang gerak atau mencurigai niat. Islam memahami tabiat manusia: perasaan bisa tumbuh bukan karena rencana, tapi karena kesempatan.
Baca juga: Islam Tidak Hanya Melarang Zina, tetapi juga Melarang Mendekatinya
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya atas surah al-Ahzab ayat 53 menjelaskan, pembatasan interaksi antara laki-laki dan perempuan asing ditujukan untuk membersihkan hati—baik hati laki-laki maupun perempuan. Islam, sejak awal, tak menaruh kepercayaan penuh pada kemampuan manusia dalam mengendalikan nalurinya, apalagi saat pintu godaan terbuka lebar.
Bertemu Maut