LANGIT7.ID, Jakarta -
Penyakit jantung bawaan menjadi salah satu masalah di Indonesia karena sebaran fasilitas yang tidak merata. Minimnya penanganan dini menyababkan kasus ini berakhir dengan kematian.
"Kesadaran masyarakat akan pentingnya skrining memang belum masif," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr Radityo Prakoso, dilansir Antaranews Rabu (23/3/2022).
Berdasarkan data Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) angka kejadian PJB di Indonesia yang diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup atau 9:1.000 setiap tahunnya.
Baca Juga: Diduga Kena Serangan Jantung, Buya Syafi'i Dilarikan ke Rumah SakitAdapun 30 persen di antaranya memperlihatkan gejala pada pekan pertama kehidupan. Sebagian besar pasien penyakit jantung bawaan (PJB) terbaikan atau tidak tertangani dengan benar.
"PJB dapat disebabkan karena malnutrisi atau infeksi yang dialami selama masa kehamilan," ujarnya.
Menurut dia, seiring dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran, khususnya dalam bidang intervensi kardiologi anak, sebagian anak penderita PJB tidak perlu lagi mengalami operasi atau pembedahan terbuka.
Metode pilihan utama untuk menangani kasus PJB tertentu adalah prosedur intervensi menggunakan kateter. Intervensi menggunakan kateter memiliki beberapa keuntungan di antaranya risiko atau komplikasi relatif lebih rendah.
Selain itu, masa rawat di rumah sakit dan waktu pemulihan yang lebih singkat, serta biaya yang lebih murah. Selain itu, waktu pengerjaan tindakan juga lebih singkat.
(bal)