LANGIT7.ID, Jakarta - Ramadhan merupakan momentum untuk membahagiakan sesama. Atas dasar itulah Jurnalis Filantropi Indonesia (Jufi) akan menggelar aksi sosial bertajuk 'Ramadhan Bahagia, Mengukir Senyum Masyarakat Duafa dan Mualaf' pada 15-16 April mendatang.
Jufi menggelar agenda berbagi kepada masyarakat lereng Gunung Lawu di Sanggrahan, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, dan di Solo, Jawa Tengah. Kegiatan sosial ini menyasar mualaf, yatim, duafa, janda, dai, marbot masjid, dan lain-lain.
Sekretaris Jufi, Ibnu Syafa’at mengatakan, berbagi kepada yang membutuhkan merupakan bagian dari ibadah sosial. Termasuk dakwah yang dapat menguatkan ikatan ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah sesama anak bangsa (
ukhuwah wathaniyah).
Baca Juga: Gandeng Armada, Dompet Dhuafa Rilis Program Berbagi Musik“Dakwah itu kan sebenarnya berbagi, bagi jurnalis, berbagi tidak hanya mengabarkan peristiwa kepada masyarakat, tapi juga memberi hadiah, bingkisan, dan bantuan sosial kepada mereka yang membutuhkan,” ujar Syafa’at saat berbincang dengan
Langit7.id, Rabu (13/4/2022).
Syafa’at mengatakan, salah satu target yang paling krusial pada Ramadhan Berbagi tahun ini adalah mualaf. Mereka sangat membutuhkan bantuan moral maupun materil agar tetap pada iman Islamnya.
“Ada 80 mualaf dari Hindu yang butuh bantuan,” kata anggota LDK MUI Pusat ini.
Karanganyar dikenal sebagai kawasan destinasi wisata. Di Dempi, ada peninggalan Candi Cetho dan Candi Kethek sebagai wisata dan jalur pendakian gunung Lawu.
Untuk mensiarkan Islam di wilayah ini membutuhkan perjuangan dan kerja keras. Berkat kerja keras para dai, ustaz yang bertugas di sana, Islam lambat laun mulai tumbuh dan berkembang, banyak penduduk di sana yang mendapat hidayah Allah menjadi mualaf.
Baca Juga: Mualaf di Kulonprogo Ini Bangun Mushalla untuk Warga Tarawih“Mereka tidak dapat apa-apa, sementara yang dulunya seagama dengan mereka beberapa kali mendapat bantuan dari sejumlah lembaga filantropi,” kata Syafa’at.
Di Solo, Jufi akan mengadakan
takjil on the road kepada para pengguna jalan dan pekerja informal seperti tukang ojek, tukang becak, dan sebagainya. Syafa’at mengatakan, penting bagi junalis menumbuhkan semangat berbagi.
Berdirinya Jufi pada 2019 pun berangkat dari persoalan masyarakat yang membutuhkan uluran tangan, tapi tidak bisa mengakses atau terlewat dari perhatian lembaga filantropi. Jurnalis, kata Syafa’at, harus peka terhadap kondisi sosial masyarakat.
"Jurnalis harus membuka mata telinga dengan kasus seperti ini. Jurnalis bekerja memantau, mengamati, tapi kelebihan lainnya adalah mempunyai media agar bisa menginformasikan kepada publik, ‘Ini loh ada orang perlu dibantu’,” kata Syafa’at.
Komunitas Jufi tergerak dari rasa kepedulian terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara rawan bencana. Karena itu Jufi bukan hanya konsen terhadap peristiwa kebencanaan, tapi juga kemiskinan, lingkungan, dan dampak sosial yang ditimbulkannya, terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini.
Baca Juga: Berkah Ramadhan, Darul Aman Tebar Qur’an ke Pedalaman Sulawesi(zhd)