LANGIT7.ID, Jakarta - Cuaca ekstrem diikuti hujan deras kerap terjadi beberapa pekan terakhir. Pakar Lingkungan Universitas Nasional Dr. Fachruddin Mangunjaya, menjelaskan, hal tersebut lebih sering terjadi daripada sebelumnya akibat
perubahan iklim.
Salah satu dampak perubahan iklim yang dirasakan saat ini adalah banjir. Banjir lebih mudah terjadi karena intensitas hujan lebih besar.
Fachruddin menjelaskan, perubahan iklim adalah sebuah fenomena yang diakibatkan pemanasan global. Ini dipicu kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan. Terutama penggunaan bahan fosil dan kegiatan alih guna lahan.
Kegiatan itu menghasilkan gas-gas yang semakin lama kian banyak jumlahnya di atmosfer. Terutama gas karbon dioksida (Co2) melalui proses yang disebut efek rumah kaca (
greenhouse effect).
Baca Juga: Prakiraan Cuaca 21 Oktober 2022, Jabodetabek Diguyur Hujan hingga Malam
“Energi itu, energi seperti listrik, pembangkit mesin industri, itu berasal dari energi yang berbasis fosil. Fosil itu apabila kita bakar menimbulkan emisi, yang kemudian emisi itu dilepas, gas uapnya itu menutup lapisan atmosfer bumi,” kata Fachruddin di kanal EcoMasjid, Jumat (21/10/2022).
Pemanasan global mengakibatkan lapisan atmosfer bumi tidak ideal. Efek rumah kaca itu terjadi karena sebanyak 25% energi matahari yang masuk ke bumi dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan, 45% diserap permukaan bumi, dan 5% dipantulkan kembali ke permukaan bumi.
Energi matahari yang diserap akan dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Tapi, energi yang dipantulkan itu bisa terhalang oleh CO2 da gas lain yang ada di atmosfer. Banyaknya CO2 di udara menjadi salah satu faktor terjadinya pemanasan global.
Baca Juga: Potensi Cuaca Ekstrem Terjadi Sepekan ke Depan, BMKG Imbau Warga WaspadaSebenarnya, zat CO2 dibutuhkan dan akan diserap oleh tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis. Namun, hutan dan lahan hijau semakin tipis membuat kadar Co2 di atmosfer tidak terkendali.
Faktor pemanasan global lain adalah gas industri, polusi bahan bakar, dan gas metana yang dihasilkan dari sampah plastik.
“Makanya, sangat penting kita menjaga keseimbangan itu, menjaga hutan supaya gas-gas karbondioksida itu terserap kembali kemudian keluar menjadi oksigen. Itu untuk bernafas manusia,” kata Fachruddin.
Apa Dampak Perubahan Iklim?Fachruddin menjelaskan, perubahan iklim merupakan fenomena global yang mengkhawatirkan. Dampak perubahan iklim ini bisa dirasakan secara mikro. Paling terasa adalah anomali iklim atau penyimpangan iklim.
Baca Juga: Dampak Luas Perubahan Iklim, Jokowi Sebut Ancam Ketahanan Pangan
“Misalnya musim kemarau tapi merasakan hujan. Tapi nanti kita rasakan juga musim kemarau sangat panjang. Juga kalau kita lihat, antara bulan September-Januari itu musim hujan. Hujannya sedikit, tetapi kuantitasnya besar. Sebentar saja hujan sudah banjir. Ini anomali iklim,” kata Fachruddin.
(jqf)