LANGIT7.ID - , Jakarta -
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengkhawatirkan kondisi cuaca ekstrim yang melanda dunia.
Perubahan iklim berdampak luas dan multisektoral, seperti bencana alam serta mengancam
ketahanan pangan.
World Meteorological Organization menyatakan, indikator perubahan iklim dan dampaknya pada tahun 2021 kian memburuk. Sehingga menjadi tantangan bagi Indonesia untuk menghadapi kondisi kritis.
Baca juga: Inflasi Jadi Bukti Ketahanan Pangan Indonesia Rapuh"Tujuh tahun terakhir menjadi suhu terpanas. Kondisi ini tantangan nyata bagi kita, dan menjadi isu global setelah
pandemi Covid-19," kata Jokowi secara virtual dalam Rakornas Peran Info
BMKG Dalam Mendukung Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Nasional, Senin (8/8/2022).
Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) menyebutkan, lebih dari 500 juta
petani usaha kecil yang memproduksi lebih dari 80 persen sumber pangan dunia merupakan kelompok yang rentan perubahan iklim.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) juga memprediksi akan ada 13 juta orang kelaparan karena terhambatnya rantai pasok akibat
perang Rusia-Ukraina.
Baca juga: Indeks Ketahanan Pangan Turun, Kemendes PDTT Gagas Program Desa Peternakan Terpadu"Hati-hati ini persolaan yang serius, perlu penanganan komprehensif dan antisipasi sedini, secepat, dan sebaik mungkin. Kita perlu memiliki kebijakan dan sistem tangguh untuk menjamin ketahanan pangan," ujarnya.
Jokowi menambahkan, BMKG berperan strategis dalam hal monitoring, prediksi, serta peringatan dini kondisi cuaca dan
iklim ekstrem. Hal itu akan diperlukan dalam merumuskan strategi pencegahan dan penanggulangan.
"Karena itu saya perintahkan BMKG untuk mengidentifikasi risiko iklim dan dampaknya secara menyeluruh. Identifikasi dan adaptasi apa saja yang bisa dilakukan."
Baca juga: KH Ma’ruf Amin: Perubahan Iklim Akibat Ulah Manusia, Umat Islam Wajib Mengatasinya"Termasuk meningkatkan kapasitas SDM dan peralatan untuk permodelan cuaca dan iklim dengan teknologi satelit. Memperkuat layanan informasi dan literasi BMKG, perluasan sekolah lapang iklim dan sekolah lapang nelayan sehingga bisa memberi dampak signifikan," tambahnya.
(est)