LANGIT7.ID, Cianjur -  Direktur Eksekutif 
Indonesia Care, Lukman Aziz Kurniawan mengatakan sebagian penyintas gempa Cianjur hingga kini tak kunjung mendapatkan kepastian dan perhatian publik terus berkurang. Banyak penyintas berkeluh kesah akan penyakit, sanitasi air bersih, kehilangan mata pencaharian hingga kegalauan mereka terkait rehabilitasi hunian.
"Mereka bingung akan pindah kemana. Satu-satunya cara adalah membersihkan sendiri puing-puing reruntuhan rumah mereka agar dapat membangun tenda darurat di bekas tempat tinggalnya sendiri," kata Lukman dalam keterangannya kepada 
Langit7.id, Jumat (23/12/2022).
Di hari terakhir masa tanggap darurat ini, Lukman menyatakan penderitaan penyintas makin parah. "Bantuan logistik habis, relawan pulang, pemerintah belum menyediakan tempat tinggal baru, serta banyak MCK portabel yang sudah ditarik kembali," ujarnya.
Baca Juga: Sebelum Turun Lapangan, Ini yang Perlu Disiapkan Relawan Bencana![Tak Bisa Harapkan Pemerintah, Penyintas Gempa Cianjur Bongkar Puing Reruntuhan]()
Senada dengan hal tersebut, pengurus pemuda karang taruna RW 07 Dusun Gunung Lanjung Dua yang juga Koordinator Logistik RW 07, Tatang mengaku sedih melihat penderitaan warganya.
"Alat berat kemarin sempat masuk satu unit, tapi ditarik lagi sama pemerintah. Sampai saat ini belum ada lagi bantuan alat berat yang masuk. Akibatnya, warga baik yang dewasa maupun anak-anak membersihkan sendiri puing sisa reruntuhan," ungkapnya.
Dia pun memohon kepada pemerintah daerah dan pusat segera memperhatikan nasib warga terdampak, terutama tempat tinggal. "Kami berharap kalaupun di relokasi tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saat ini. Mungkin dengan pembangunan kembali tempat tinggal yang lebih tahan gempa di atas tanahnya sendiri," harap Tatang.
Baca Juga: Rumah Zakat Bangun Masjid Darurat untuk Penyintas Gempa Cianjur![Tak Bisa Harapkan Pemerintah, Penyintas Gempa Cianjur Bongkar Puing Reruntuhan]()
Saat ini, lanjut Tatang, hampir 2.000 jiwa yang masih mengungsi. "Dari jumlah tersebut, 80 persen kehilangan tempat tinggal karena sudah rata oleh gempa," lanjutnya menerangkan.
Namun, Tatang bersyukur ada beberapa lembaga masih konsisten mendampingi meski dukungan donatur menurun. Dia pun tetap berharap ada bantuan datang dari pemerintah.
"Kita berharap besar bantuan dari pemerintah. Kita bisa saja tidak mati akibat gempa, tapi mati akibat kelaparan dan penyakit yang berjangkit di pengungsian," imbuh Tatang yang juga relawan lokal Indonesia Care tersebut.
Baca Juga: 
PUPR Pastikan 80 Unit Rumah Tahan Gempa Bisa Dihuni Awal 2023
Kemenag Wacanakan Kurikulum Mitigasi Bencana di Daerah Terdampak(gar)