LANGIT7.ID, JAKARTA - Mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan atau Aher mengapresiasi peresmian Masjid Al-Jabbar di Gedebage, Kota Bandung baru-baru ini. Peletakan batu pertama dilakukan pada era kepemimpinannya, tepatnya pada 29 Desember 2017.
“Saya jadi bagian pembangunan, saya ikut merencanakan bersama Kang Emil (Ridwan Kamil) dan jadi karya yang berkelanjutan,” katanya dalam rekaman video yang diputar saat peresmian, dikutip Ahad (1/1/2023).
Masjid Al Jabbar menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp 1 Triliun. Pada tahap pertama, pembangunannya memiliki anggaran Rp 511 miliar.
Baca Juga: Ridwan Kamil Ungkap Alasan Tangisan Sang Ibu di Masjid Al Jabbar “Masjid ini namanya Al Jabbar, salah satu asmaul husna bermakna keagungan Allah,” kata Aher.
Dia menambahkan, Masjid Al-Jabbar merupakan gambaran bahwa pemerintahan Jawa Barat membawa visi kebahagiaan dunia dan akhirat. “Masjid ini gambaran bahwa kita ke depan ingin bangun Jawa Barat yang utuh dunia akhirat, lahir dan batin.”
Aher mengatakan, Pemprov Jawa Barat tidak hanya ingin membangun masyakarat sejahtera di dunia. Lebih penting lagi, masyarakat juga bisa merasakan bahagia di akhirat kelak.
Proses Kreatif Ridwan Kamil Rancang Masjid Al-Jabbar Masjid Al-Jabbar beralamat lengkap di Jalan Cimencrang Nomor 14 Gedebage Kota Bandung. Proses pembangunannya memakan waktu lima tahun sejak peletakan batu pertama.
Masjid Raya Al-Jabbar merupakan masjid raya di bawah pengelolaan pemerintah Provinsi Jawa Barat yang mengusung konsep tanpa kubah dan beratap tumpuk. Sang arsitektur, Ridwan Kamil menceritakan bahwa dirinya membutuhkan proses panjang dalam merancang desainnya.
Selain berkontemplasi, ia melakukan riset untuk memperkaya imajinasinya. Hingga akhirnya, Kang Emil terinspirasi dari ilmu matematika Aljabar dalam mendesain yang terlihat dari ornamen rumit namun indah.
Penemu Aljabar, Al-Khawarizmi, merupakan ilmuwan yang mampu membangkitkan peradaban melalui ilmu matematika. Al Jabbar juga merupakan asmaul husna yang berarti Maha Berkehendak.
Baca Juga: Selain Ramah Lingkungan, Ada Filosofi Matematika di Masjid Al Jabbar“Saya berimajinasi kemudian berkontemplasi. Butuh riset juga. Jadi, sebulan itu tidak ada ide. Akhirnya, karena Jabar adalah Jawa Barat, Aljabar juga matematika, sehingga gagasan besarnya adalah mengambil inspirasi dari rumus matematika,” kata Kang Emil.
Emil mengaku kesulitan saat mendesain Masjid Al Jabbar karena sangat rumit dan sulit untuk terwujud. Namun, ia punya keyakinan besar bahwa imajinasi yang rumit tersebut dapat menjadi kenyataan apabila diterjemahkan dan dituangkan dengan sebaik-baiknya.
“Diimajinasi saya agak rumit. Bentuk-bentuk yang melengkung-lengkung dengan berbagai variasi itu tidak mudah diwujudkan kalau menggunakan teknik membangun biasa,” ucapnya.
Maka, kata Kang Emil, pencarian teknik dan material baru untuk membangun Masjid Al Jabbar dilakukan. Akhirnya, sejumlah teknik dan material baru pun ditemukan. Hal itu menjadi ilmu baru sekaligus memperkaya dunia arsitektur masjid.
“Jadi masjid ini memberikan ilmu baru, cara membuat bentuk-bentuk lengkung yang biasanya susah menjadi lebih mudah. Makanya saya yakin kontraktor di sini punya pengalaman luar biasa, menemukan cara-cara baru,” tuturnya.
“Hidup kita kan berimajinasi. Kita melihat masa lalu sebagai cermin, kita bertindak hari ini, kemudian kita mendesain masa depan,” imbuhnya.
Masjid Al Jabbar juga dikonsepkan memiliki 27 pintu yang menyimbolkan 27 kabupaten/kota di Jabar. Ukiran batik dari 27 pintu tersebut berbeda-beda sesuai kekhasan masing-masing daerah.
“Al Jabbar juga nama asmaul husna yang kita tuliskan di mihrab yang artinya agung. Kebetulan juga Al Jabbar bisa jadi singkatan Jawa Barat, jadi sudah takdirnya namanya berjodoh,” ujarnya.
Baca Juga: Muhasabah Penghujung Tahun: Evaluasi dan Resolusi Seorang Mukmin(zhd)