LANGIT7.ID - , Jakarta -  
Amil zakat mempunyai tugas pokok untuk menghimpun zakat, infak, dan sedekah dari 
muzakki dan mendistribusikannya kepada 
mustahik yang berhak. 
CEO Rumah Zakat, Nur Efendi mengatakan, menjadi amil zakat merupakan tugas yang susah-susah gampang. Selain harus memiliki pribadi yang baik, amil zakat juga dituntut untuk menjadi hebat dan bermanfaat. 
Dia pun memaparkan delapan hal yang harus dilakukan amil zakat agar bisa menjadi hebat dan bermanfaat.
Baca juga: Ketum FOZ Sebut Literatur Minim Jadi Tantangan Gerakan Zakat
1. Niat tulus 
Amil zakat harus memiliki niat tulus dalam menjalankan tugas. Nur Effendi meminta amil zakat untuk tidak berniat menjadi kaya melainkan bermanfaat bagi sesama. 
"Niat ini harus benar, harus mampu menumbuhkan semangat di mana bisa memupukkan harapan dan harapan bisa menumbuhkan masa depan. Maka nanti kita akan melihat kita yang ke depan kayak apa, masa depan kita terlihat dari sekarang," ujar Efendi dalam acara Wisuda Kampus Zakat, Kamis (19/1/2022).
2. Ibadah yang istimewa
Kemudian memiliki ibadah yang istimewa menjadi hal lain yang harus dipenuhi amil zakat. Menurut Nur Effendi, amil zakat yang baik harusnya semakin saleh dan lebih dekat dengan Allah SWT. 
Sementara, lanjutnya, amil zakat yang berorientasi berbeda, maka akan semakin dari Allah SWT. 
"Seorang amil zakat yang hebat dia memiliki ibadah yang istimewa. Karenanya, saya sering sampaikan, lembaga yang hebat bisa dilihat dari ibadah istimewanya para amil zakat," katanya.
Baca juga: FOZ Koordinasi LAZ Salurkan Bantuan ke Pengungsi Rohingya di Aceh
3. Setia pada visi misi lembaga
Nur Effendi menyebut, seorang amil zakat harus setia kepada visi dan misi lembaga. Jika hal tersebut berhasil dilakukan maka ia bakal mampu menjaga dan merawat nilai, semangat, harapan, dan masa depan sebagai seorang amil dalam organisasi.
"Ketika kita setia kepada misi, seorang amil zakat itu mampu memadukan 
profesionalisme dengan kerendahan hati. Jadi dia profesional sebagai seorang amil zakat, namun tetap memiliki kerendahan hati. Rendah hati itu penting bagi seorang amil karena kita menjembatani antara muzakki dengan mustahik," ucap Efendi.
"Ketika seorang amil mampu merawat visi misi, ia akan memiliki ambisius dalam bekerja. Namun tidak punya agenda tersembunyi untuk kepentingan pribadi. Jadi tidak boleh amil memiliki kepentingan pribadi tetapi ambisinya untuk kesuksesan lembaga dan manfaat pada masyarakat," lanjut dia.
4. Growth mindset
Selanjutnya, seorang amil zakat harus memiliki 
growth mindset (pola pikir berkembang). Di mana ia harus terus belajar, berimprovisasi, dan berpikir untuk tumbuh. 
"Seorang amil itu kehadirannya diharapkan di tengah-tengah problem masyarakat, makanya kita harus memiliki growth mindset," tuturnya.
Baca juga: BSI Maslahat: Mustahik Menjadi Muzakki
5. Cepat beradaptasi 
Perubahan di internal maupun eksternal organisasi sangatlah masif. Karena itu seorang amil zakat harus bisa cepat beradaptasi agar tidak tertinggal.
"Kita harus mudah beradaptasi, cepat merespons keadaan, jeli dalam melihat peluang, dan melakukan perbaikan secara jangka panjang. Inilah hal yang harus dimiliki sebagai seorang amil yang hebat dan bermanfaat," ucapnya.
6. Inovasi 
Tak hanya mudah beradaptasi, seorang amil zakat juga dituntut untuk berinovasi mewujudkan kombinasi antara ide dan gagasan. 
"Kalau organisasinya tidak mau fasilitasi inovasi, sampaikan pada pimpinan dan berikan gagasan-gagasan yang menurut kita baik. Jangan takut menyampaikan gagasan karena amil yang hebat itu yang selalu berinovasi," jelasnya.
7. Membangun jaringan 
Kemudian, amil zakat yang hebat dan bermanfaat adalah yang mampu membangun jaringan atau pertemanan ke banyak tempat.
Baca juga: Hari Pertama Indonesia Giving Fest Zakat Expo 2022 Berlangsung MeriahDalam riwayat al-Bukhari, Muslim dan lainnya, Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ 
"Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim."
"Silaturahim itu network. Jadi Rasulullah sudah mengajarkan kepada kita kalau kita ingin rezeki ditambah dan organisasi kita tumbuh dalam jangka panjang, maka jalankan network atau hubungan. Ini penting," ujar Efendy.
8. Kolaborasi 
Hal terakhir yang harus dimiliki untuk menjadi amil zakat adalah bisa berkolaborasi dengan baik. Siapapun itu, termasuk amil zakat, jika bekerja sendiri maka tidak bakal bisa berkembang.
"Kolaborasi itu akan menumbuhkan sinergi dan skill up diri kita sebagai seorang amil dan akan mempercepat speed to network kita serta akan memberikan best experience kepada kita sebagai seorang amil. Maka seorang amil yang hebat dan bermanfaat dia harus memiliki atau mau berkolaborasi dengan siapapun," cetusnya.
(est)