LANGIT7.ID, Jakarta - Vanni pria asal Filipina ini lahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik, serta memutuskan untuk memeluk agama Islam saat dirinya menginjakusia 29 tahun. Sejak duduk di bangku SD hampir waktunya dia habiskan di gereja, dimulai dengan menjadi pelayan altar dan tumbuh menjadi pemuda aktivis gereja.
Setelah itu, Vanni menjadi anggota band paduan suara di masa remaja hingga menjadi pelayan gereja sebagai Pelayanan Pemuda Paroki dan pemimpin band. Menurut Vanni, dia adalah anggota tingkat 3 dari Knights of Columbus dan Cursillo untuk Kristen, dan pernah menjadi wakil rektor di kelas junior. Vanni memiliki dua teman yang merupakan pastor Katolik. Terkadang kompadre-nya yang bernama Rev. Fr. Benjie kerap berdialog dengannya tentang Islam. "Tentang bagaimana Islam menghormati Yesus (Nabi Isa) dan ibunya (Maryam)," kata Vanni melansir Islam Web, Selasa (31/1/2023). Lebih lanjut, Vanni menjelaskan bahwa menjadi seorang Katolik seringkali memunculkan pertanyaan, tentang mengapa iman Gereja Katolik difokuskan kepada Yesus. Sehingga dia mempertanyakan mengapa ajaran Kristen bukan terfokus pada Yahweh yang diklaim sebagai sang pencipta. "Kadang-kadang, saya menanyakan hal ini kepada teman-teman saya di gereja, tetapi tidak ada jawaban dari mereka yang memuaskan saya. Sampai akhirnya, saya berhenti bertanya karena mereka mengatakan kepada saya bahwa saya memiliki keraguan tentang Tuhan atau Yesus. Tapi, tetap saja saya ragu," terangnya. Selanjutnya, di waktu tersebut Vanni kemudian bertemu dan mengobrol bersama mantan drummer. Ketika bercerita, Vanni tertawa setelah dirinya tahu sang drummer bahwa temannya baru saja masuk Islam. Vanni tertawa karena temannya memiliki iman yang buruk kepada Yesus hingga uncul pertanyaan dibenaknya. "Mengapa pria ini (mantan pekerja sukarela gereja sejak remaja) memeluk Islam? Setelah itu, saya mulai meneliti tentang doktrin Islam. Itu menarik dan saya meminjam beberapa buklet dari teman saya," ungkap Vanni. Selain itu, Vanni juga meminjam buku dari rekan kerja Muslimnya berjudul Christ in Islam oleh Syekh Deedat dan Islam in Focus oleh Hammudah Abdalati. Dari sana, dia menemukan jawaban atas pertanyaan soal iman yang berputar-putar di benaknya selama ini. Dari sanalah Vani kemudian mulai berpikir apakah akan memeluk Islam.Setelah itu, dia mulai memberanikan diri untuk memberi tahu keluarganya tentang hal itu. Tentu pemikirannya itu langsung direspons sang ibu dengan emosi terkejut, bersedih, serta menangis. "Ibu saya sedih dan paman saya menangis dan berkata mereka takut saya masuk neraka. Tapi, saya hanya tersenyum padanya dan mencoba menjelaskan kepadanya tentang Islam. Saya juga berhenti melayani di gereja sejak saat itu," kata Vanni. Perjuangan Vanni menemukan Islam tak hanya berhenti sampai di sana, Vanni mengatakan bahwa dirinya dan sepupu pendetanya kerap berdebat tentang keyakinan baru yang dia yakini. Bahkan, banyak teman-temannya mencoba menghentikan dirinya karena keputusan berIslam yang mulai dijalaninya. "Lalu, saya berkata kepada mereka. Jika ada di antara kalian yang dapat menjawab pertanyaan saya, kalian dapat menghentikan saya (memeluk Islam). Pertanyaan saya adalah tentang apakah Yesus mengaku sebagai Tuhan dan disembah?" katanya. Beberapa bulan kemudian dari peristiwa itu, salah seorang teman mantan pelayan altar gerejanya datang dari Arab Saudi. Mereka pun mengobrol dan darinyalah Vanni mengetahui dia juga masuk Islam. "Dari obrolan itu, dirinya pun sangat puas sebab semua pertanyaan saya terjawab," tegasnya. Hingga akhirnya, Vanni membuat keputusan untuk memeluk Islam. Saat itu, ada seorang imam di kampung halamannya yang dia coba hubungi. Sayangnya, saat mencoba mencari dan menghubunginya untuk mengucapkan kalimat syahadat, Vanni tidak dapat menemukannya. Hal tersebut mengingat di kampung halamannya, hanya ada satu persen Muslim sehingga sulit menemukan pemuka agama Islam. Hingga akhirnya, Vanni mendapat kabar dari sepupunya untuk berangkat ke Dubai, kemudian Vanni mengucapkan syahadaay di sana dengan seorang imam asal Filipina. "Sekarang saya seorang Muslim dan satu-satunya dalam keluarga saya. Sangat menyedihkan jika saya meninggal, bahkan ibu atau anak-anak saya tidak dapat menyentuh mayat saya. Tapi, inilah keyakinan saya," tuturnya.
(zhd)