LANGIT7.ID-, Jakarta- - Penulis dan aktivis asal Amerika Serikat, Jeffery Shaun King dan istrinya, Rai King, mengucapkan kalimat syahadat pada hari pertama bulan suci Ramadhan, Senin (11/3/2024).
Keduanya mengucapkan kalimat syahadat melalui Instagram Live di bawah bimbingan cendekiawan Muslim AS, Omar Suleiman.
Pria berusia 44 tahun itu mengenakan keffiyeh Palestina saat ia berpidato di hadapan orang banyak. Shaun King mengatakan keputusannya tersebut terinspirasi dari perjuangan dan penderitaan rakyat Palestina.
“Saya sangat tersentuh melihat orang-orang yang saat ini berada di tempat yang paling berbahaya dan traumatis di muka bumi, terkadang masih bisa melihat apa pun kecuali puing-puing dan sisa-sisa keluarga mereka, dan masih bisa melihat makna dan tujuan hidup." kata Shaun King, dilansir TRT World, Selasa (2/3/2024).
Baca juga:
Sempat Dukung Israel, Legenda UFC Royce Gracie Kini Masuk Islam“Iman dan ketaatan mereka terhadap Islam tidak hanya membuka hati saya namun juga membuka hati jutaan orang di seluruh dunia,” lanjut aktivis yang dikenal vokal dalam memberikan dukungan untuk Palestina.
Sejak 7 Oktober lalu, King rutin membagikan unggahan di media sosial yang menyoroti kehancuran di Gaza dan menyerukan diakhirinya serangan Israel.
Aktivitasnya menyerukan dukungan pada Palestina sempat membuat akunnya dengan lebih dari enam juta pengikut diblokir Instagraam pada Desember lalu.
King tak memberikan keterangan alasan Meta menonaktifkan dan menghapus akunnya tersebut.
Lalu, siapakan Shaun King yang mati-matian mendukung perjuangan rakyat Palestina?
King tumbuh sebagai anak biracial di Kentucky, AS, yang menyebabkannya sebagai korban rasisme. Bahkan dirinya pernah ditabrak truk pickup yang dikendarai sekelompok anak muda.
Kejadian tersebut menyebabkan King harus menjalani beberapa operasi tulang belakang.
Setelah menyelesaikan studinya, King sempat mengajar di sekolah menengah atas dan juga bekerja di sistem peradilan anak di Atlanta, sebelum memutuskan untuk menjadi pendeta di sebuah pusat Kristen di Georgia.
Kemudian pada tahun 2008, ia mendirikan sebuah gereja di Atlanta bernama Courageous Church dan sering menggunakan media sosial untuk merekrut anggota baru, yang membuatnya dijuluki "Pendeta Facebook".
Namun, empat tahun kemudian, ia mengundurkan diri dari gereja karena “stres dan kekecewaan pribadi.”
Advokasi untuk hak-hak sipil
Berangkat dari pengalamannya pribadinya sebagai korban kejahatan rasial, King mengabdikan hidupnya untuk mengadvokasi keadilan sosial, terutama Gerakan Black Lives Matter.
Dia melakukan hal ini melalui tulisannya yang berfokus pada hak-hak sipil dan asasi manusia, hubungan ras, kebrutalan polisi, penahanan massal, dan pelanggaran penegakan hukum.
King adalah kontributor tetap untuk media seperti Daily Kos, New York Daily News dan The Young Turks.
Dalam satu artikel, King menganalisis penembakan remaja kulit hitam Michael Brown. Lewat tulisannya itu, King menentang klaim bahwa nyawa petugas polisi Darren Wilson dalam bahaya.
King juga dianggap memimpin kampanye media sosial yang sukses yang mengarah pada identifikasi dan penangkapan tiga pria di balik penyerangan terhadap pria kulit hitam DeAndre Harris pada tahun 2017.
Melalui aktivismenya, King mendirikan kelompok nirlaba, Grassroots Law Project, dan memulai beberapa kampanye internet, situs web, dan organisasi, termasuk HopeMob.org, Justice Together, Real Justice PAC, dan The North Star.
(ori)