LANGIT7.ID-, Jakarta- - Gelombang panas (heatwave) menyerang wilayah di Asia Tenggara sejak awal April 2024. Akibatnya pemerintah dari masing-masing negara mengeluarkan peringatan kesehatan serius hingga menutup sekolah demi menghindari bahaya dari gelombang panas ini.
Dilansir dari Aljazeera.com, penutupan sekolah terjadi di Filipina yang mengalami suhu panas hingga mencapai 38.8 derajat celcius. Departemen Pendidikan Filipina meminta lebih dari 47.000 murid dari sekolah umum (negri) untuk belajar di rumah secara online.
Untuk semua warga terutama anak-anak dan orang tua juga diminta untuk sementara waktu menghindari aktivitas di luar ruangan serta memperbanyak minum air putih.
Akibat dari gelombang panas ini juga menyebabkan kekeringan dan kekurangan air bersih, pemadaman listrik, dan kerusakan tanaman.
Di Manila, ibukota Filipina, digambarkan situasi ramai dan padat di sejumlah pusat perbelanjaan atau mall. Mereka berbondong-bondong mengunjungi mall demi menumpang fasilitas air conditioner yang terdapat di sana.
Baca juga:
BMKG Warning Masyarakat Hindari Daerah Rawan Longsor hingga 22 Mei, Mengapa?Sementara di Kamboja disebut-sebut cuaca panas yang terjadi tahun ini adalah yang tertinggi terjadi selama 170 tahun terakhir. Seperti disampaikan Chan Yutha, juru bicara Kementerian Sumber Daya Air dan Meteorologi Kamboja, kepada kantor berita The Associated Press bahwa pihaknya memperkirakan suhu di sebagian besar wilayah negara itu bisa mencapai 43C (109F).
Berbeda lagi dengan Myanmar. Departemen Meteorologi Myanmar mengatakan, tujuh kota kecil di divisi Magway tengah, Mandalay, Sagaing dan Bago mengalami suhu tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sedangkan di Thailand, suhu panas mencapai 44 derajat celcius di sejumlah area dan di Bangkok yang merupakan ibukota negara tercatat suhu di atas 40 derajat celcius. Berdasarkan catatan dari Departemen Meteorologi Thailand cuaca panas pada musim panas tahun ini (Februari hingga akhir Mei) diperkirakan naik 1-2 derajat celcius dibandingkan tahun lalu dan curah hujan akan lebih rendah daripada rata-rata yang biasa terjadi.
Begitu besar efek yang terjadi akibat gelombang panas ini. Pekan lalu setidaknya ada 30 orang meninggal dunia akibat cuaca panas.
Di Vietnam, badan cuaca nasional memperingatkan risiko kebakaran hutan, dehidrasi, dan sengatan panas. Sementara perusahaan listrik negara mendesak konsumen untuk tidak bekerja terlalu keras pada unit AC mereka, dan memperingatkan bahwa konsumsi listrik telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa hari terakhir.
Akibat suhu panas yang terjadi di seluruh dunia beberapa tahun belakangan ini, para ilmuwan menyimpulkan jumlah korban yang meninggal bertambah dibanding sebelumnya. Namun di Asia sejauh ini masih belum jelas, sebagian karena adanya kesimpangsiuran tentang bagaimana mengklasifikasikan kematian yang disebabkan oleh panas.
(ori)