LANGIT7.ID-, Jakarta- - Lebih dari 3.500 anak-anak berisiko meninggal di Gaza karena pengepungan Israel di jalur tersebut. Aliran bantuan yang sangat dibutuhkan pun terhenti, mengakibatkan kekurangan pangan akut dan kurangnya suplemen nutrisi.
Kantor media Palestina melaporkan pada Senin (3/6/2024), anak-anak di bawah usia lima tahun menderita malnutrisi tingkat lanjut, termasuk penurunan berat badan, kehilangan massa otot, dan penurunan kekuatan fisik, sehingga membahayakan kelangsungan hidup mereka.
Mereka mendesak tindakan global untuk memastikan bantuan masuk ke wilayah tersebut dan mengakhiri serangan gencar Israel.
Anak-anak tersebut juga tidak memiliki akses terhadap layanan penting, termasuk pemeriksaan kesehatan rutin terkait dengan perkembangan awal mereka serta imunisasi rutin, yang akan memperburuk kondisi mereka.
Baca juga:
Prof Quraish Shihab: Kebijakan Politik Israel Bahayakan IndonesiaKantor media Palestina menggambarkan situasi tersebut sebagai bencana yang berbahaya.
“Anak-anak di Jalur Gaza membutuhkan solusi segera dan mendasar terhadap semua krisis yang mereka hadapi secara sistematis akibat pendudukan Israel,” bunyi pernyataan tersebut, mengutip The New Arab, Selasa (4/6/2024).
“Ini termasuk menyediakan makanan, layanan kesehatan, suplemen nutrisi, dan vaksinasi, serta makanan dan susu khusus anak-anak.” lanjutnya.
Pernyataan itu juga menyoroti perlunya perawatan psikologis tingkat lanjut akibat kengerian sehari-hari yang disaksikan anak-anak di tengah serangan gencar Israel di Jalur Gaza, yang dimulai pada Oktober 2023.
Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 36.439 orang, termasuk lebih dari 15.438 anak-anak, dengan lebih dari 17.000 anak menjadi yatim piatu.
“Kami mengutuk keras berlanjutnya genosida dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel, yang didukung pemerintah AS, khususnya yang menargetkan anak-anak dengan pembunuhan, amputasi, cedera, kelaparan, dan perampasan hak atas pengobatan dan layanan kesehatan, serta makanan, ditambah adanya pengungsian paksa," terangnya.
Pernyataan tersebut menyerukan pembukaan penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom untuk memungkinkan masuknya bantuan, termasuk susu dan makanan anak-anak.
Aliran bantuan ke daerah kantong tersebut melambat hingga sedikit sejak Israel menyerang kota selatan Rafah pada awal Mei dan mengambil alih perbatasan kota Palestina dengan Mesir.
(ori)