LANGIT7.ID-, Jakarta- - Arab Saudi mengambil sikap tegas terkait konflik Israel-Palestina dengan menolak normalisasi hubungan diplomatik sebelum terbentuknya negara Palestina yang merdeka. Keputusan ini disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal Bin Farhan, di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah.
"Pembentukan negara Palestina adalah syarat mutlak untuk memulai normalisasi dengan Israel. Kami dengan tegas menolak tindakan genosida yang dilakukan tentara Israel," ujar Pangeran Faisal Bin Farhan.
Baca juga:
Untuk informasi terbaru mengenai konflik di timur tengah, kunjungi halaman ini.Pemerintah Riyadh juga mengumumkan inisiatif untuk menggerakkan opini publik internasional melawan tindakan Israel terhadap rakyat Palestina. Langkah ini diperkuat dengan rencana penyelenggaraan KTT Arab dan Islam di Riyadh pada 11 November mendatang untuk membahas serangan Israel ke Palestina dan Lebanon.
Kantor berita resmi Saudi Press Agency (SPA) merilis pernyataan keras dari pemerintah Riyadh. "Arab Saudi kembali mengutuk dan mengecam kejahatan serta pelanggaran berkelanjutan yang dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina, termasuk serangan dan pelanggaran terhadap saudara-saudara kami di Lebanon," demikian pernyataan tersebut.
Arab Saudi juga meluncurkan Aliansi Global untuk Implementasi Solusi Dua Negara. Inisiatif yang diumumkan Menlu Saudi di Sidang Umum PBB September lalu ini melibatkan negara-negara Arab, Islam, dan Eropa.
"Peningkatan kekerasan dan pelanggaran Israel di Palestina dan Lebanon, serta perluasan konflik di kawasan, mengharuskan komunitas internasional mengambil sikap tegas untuk menghentikan pelanggaran yang mengancam solusi dua negara dan mendorong ketidakstabilan lebih lanjut," tegas Pangeran Faisal dalam pidato pembukaan pertemuan aliansi.
Arab Saudi juga menekankan pentingnya gencatan senjata segera dan mengakhiri kebijakan impunitas. Kerajaan menegaskan dukungannya terhadap UNRWA dan peran vitalnya dalam menyediakan bantuan kemanusiaan, mengingat tantangan yang dihadapi di wilayah Palestina yang diduduki.
(lam)