LANGIT7.ID-Jakarta; Merasa bangga sahabat dekatnya, mantan Menhub, Budi Karya Sumadi mendapat penghargaan bergengsi dari pemerintah Jepang "The Order of The Rising Sun, Gold and Silver Star" untuk musim gugur 2024 di Tokyo, Rabu(6/11/2024), Ketua Persahabatan Indonesia-Jepang, Rachmat Gobel membuat syukuran atas penghargaan tersebut.
Syukuran digelar terbatas di Plataran, Menteng, jumat (8/11/2024) dengan mengundang mitra kerja di DPR dan para wartawan senior.
Budi Karya dalam sambutan pendeknya mengakui, penghargaan yang ia terima sangat istimewa. Lebih istimewa lagi, mantan menteri ini ketika menerima penghargaan diistimewakan oleh Kaisar Jepang. Salah satu indikasinya, dari 108 penerima penghargaan, Budi Karya didekati secara khusus oleh Kaisar dan diajak bicara selama tiga menit. Sementara yang lain hanya mendapatkan salaman."Ini bener bener istimewa," ujar Budi bangga.
Baca juga:
Gobel: Penggunaan Produk Dalam Negeri Wujud NasionalismeApa yang disampaikan Budi dibenarkan Rachmat Gobel."Benar yang dibilang Pak Budi. Dalam aturan Kekaisaran, nggak ada dan gak boleh Kaisar ngobrol lama begitu. Aturannya hanya boleh salaman. Makanya Pak Budi ini super istimewa," ujar Gobel menguatkan.
Menurut Gobel, Budi Karya bisa menjadi simbol penguatan hubungan Indonesia-Jepang karena selama menjabat menteri memberi support terhadap proyek proyek Jepang yang dibangun di Indonesia. "Jadi kalau bicara kepercayaan, Pak Budi ini sangat dipercaya Jepang. Jepang gak gampang percaya sama orang. Kalau Pak Budi ini, bisa jadi kunci untuk bicara dengan Jepang," katanya.
Yang menjadi alasan mengapa Budi Karya mendapat penghargaan bergengsi itu, karena ada beberapa proyek Jepang yang terus dikawal sampai bisa memberi manfaat untuk transportasi di Indonesia. Yang sangat jelas salah satu proyek kerja sama dengan Jepang, Mass Rapid Transit (MRT), mampu mengubah budaya perkeretaapian Indonesia.
Baca juga:
Dari Buku Praksis Pancasila Pengalaman Ideologi di Perusahaan Gobel (3): Karyawan Dibangunkan Perumahan Tanpa Uang MukaDijelaskan Gobel, masalah perkeretaapian bagi Jepang sangat sakral, bahkan bisa dikatakan sangat spiritual. Ia mengisahkan sejarahnya kereta api di Jepang, di mana setelah perang dunia kedua, Jepang yang dalam kondisi berantakan, salah satu upaya membuat recovery negaranya dengan membangun kereta api. "Bagi Jepang kereta api ini adalah penyelamatan dan upaya mempercepat recovery negaranya yang saat itu benar benar hancur," katanya.
Baca juga:
Dari Buku Praksis Pengalaman Ideologi di Perusahaan Gobel (2) Karyawan Diberi Saham, Bonus, Diberangkatkan Haji dan UmrohItulah mengapa, lanjut Gobel, Jepang menempatkan kereta api sebagai sejarah yang sakral dan sangat spiritual. Gobel lalu berkisah ketika naik taksi di Jepang menerima telpon dan berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
Usai berkomunikasi menggunakan telepon, drivernya bertanya kepada Gobel,"Bahasa apa itu?" Dijawab Gobel,"Bahasa Indonesia." Spontan driver taksi itu, kata Gobel, mengungkapkan kekecewaannya atas sikap Indonesia yang tidak menerima proyek kereta cepat Jepang.
"Jadi itu betapa sakralnya ketika bicara kereta bagi orang Jepang," imbuhnya.
Baca juga:
Dari Buku Praksis Pancasila Pengalaman Idieologis di Perusahaan Gobel (bagian 1): Masjid dan Berhijab Diprotes Jepang, Tapi..?Meskipun akhirnya Indonesia juga bersama Jepang menggarap proyek MRT.
“MRT ini membawa budaya baru bagi perkeretaapian Indonesia. Bukan hanya dari segi fasilitas tapi juga budaya masyarakatnya yang lebih disiplin saat menggunakan transportasi perkotaan," kata Budi Karya.
Menurut dia, MRT juga membawa dampak pada pelayanan dan pembangunan transportasi perkeretaapian dan perkotaan yang baik.
Ia memberikan contoh bagaimana LRT Jabodebek buatan Indonesia juga bisa berjalan dengan baik.
"Budaya MRT itu diikuti oleh budaya perkeretaapian kita yang semakin baik. Kita lihat LRT buatan Indonesia yang berjalan sama baiknya dengan MRT. Kemudian kereta api jarak jauh seperti Jakarta-Solo juga berjalan sangat apik. Kereta api pun juga makin terintegrasi dengan transportasi udara," jelas Budi Karya.
Proyek transportasi lainnya hasil kerja sama Indonesia-Jepang adalah Pelabuhan Patimban, yang sebelumnya direncanakan di Pelabuhan Cilamaya.
Pelabuhan Patimban merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) senilai Rp18,9 triliun yang telah beroperasi untuk aktivitas ekspor.
Dia menambahkan Pelabuhan Patimban merupakan kembaran dari Pelabuhan Priok yang nantinya akan sama besarnya.
"Dalam kurun waktu enam tahun terakhir pembangunan dari mulai desain hingga beroperasinya menurut hemat saya sangat memuaskan. Dulu ekspor mobil hanya bisa di Priok sekarang kita bisa ekspor dari titik Patimban," ujarnya.
Proyek ketiga adalah Proving Ground Bekasi yang akan menjadi fasilitas pengujian kendaraan berstandar internasional dan terbesar se-Asia Tenggara.
Tujuan utama dari pengembangan fasilitas pengujian tersebut adalah untuk meningkatkan standar keamanan produk kendaraan bermotor dan untuk mengurangi tingkat emisinya.
Pengembangan ini akan mencakup penerapan 19 UN Regulations untuk pengujian kendaraan bermotor termasuk uji tabrak dan uji emisi.
"Kalau selama ini Indonesia melakuan pengujian kendaraan di luar negeri, InsyaAllah tahun depan proving ground selesai sudah bisa melakukan pengujian di Indonesia dan Pak Prabowo berkenan untuk meresmikan," kata Budi.
Budi Karya mengaku optimistis seluruh proyek pembangunan transportasi yang saat ini sedang berjalan bisa diteruskan dengan baik oleh pemerintahan selanjutnya melalui Menteri Perhubungan RI Dudy Purwagandhi dan Wamenhub Suntana.(*/saf/ant)
(lam)