Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 18 April 2025
home masjid detail berita

Kisah Bilal bin Rabah Azan di Atas Reruntuhan Berhala saat Fathu Makkah

miftah yusufpati Kamis, 23 Januari 2025 - 05:45 WIB
Kisah Bilal bin Rabah Azan di Atas Reruntuhan Berhala saat Fathu Makkah
Kedua telapak kaki Bilal bin Rabah menginjak bagian-bagian berhala yang telah hancur berserakan. Ilustrasi: Ist
LANGIT7.COM -- Kisah Bilal bin Rabah menyenandungkan Azan di atas reruntuhan berhala pada saat Fathu Makkah atau Pembebasan Makkah sungguh mengharukan.

Kedua telapak kaki Bilal bin Rabah menginjak bagian-bagian berhala yang telah hancur berserakan. Berhala-berhala yang sebelumnya dijadikan 'tuhan' oleh orang-orang Quraisy.

Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya berjudul "Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah" menceritakan pada peristiwa pembebasan ini orang-orang Quraisy tidak melakukan perlawanan yang berarti, dan sebagian besar sudah menyerah sebelum berperang.

Ketika Nabi Muhammad SAW bersama kaum Muhajirin dan Anshar masuk ke dalam masjid, beliau menghampiri Hajar Aswad, menciumnya, berthawaf di sekeliling Kakbah, sambil memegang busur.

Baca juga: Kisah Waraqah bin Naufal Menangis Menyaksikan Bilal bin Rabah Disiksa Kafir Quraisy

Pada waktu itu di sekitar Kakbah terdapat 360 berhala. Kemudian beliau menunjuk busurnya ke arah berhala-berhala tersebut sambil mengucapkan ayat:

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

Dan katakanlah: ‘Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap’. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS Al-Isra’ : 81)

قُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ

Katakanlah: ‘Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.’” (QS Saba’ : 49)

Seketika itu pula seluruh berhala di hadapan beliau roboh. Kemudian beliau melakukan thawaf sambil menunggang unta dan tidak berpakaian ihram. Setelah sempurna, beliau memanggil Ustman bin Thalhah dan memerintahkannya untuk mengambil kunci Kakbah.

Rasulullah SAW memasuki Kakbah dengan ditemani Bilal bin Rabah. Baru saja masuk beliau melihat berbagai gambar, di antaranya ada gambar Ibrahim dan Ismail yang sedang berjudi menggunakan anak panah.

Rasulullah marah, dan bersabda, “semoga mereka dihancurkan Allah. Tak pernah nenek moyang kita melakukan perjudian demikian. Dan Ibrahim itu bukanlah seorang Yahudi, bukan pula seorang Nasrani, tetapi seorang yang beragama suci dan seorang Muslim, dan sekali-kali bukan dari golongan orang musyrik.”

Baca juga: Semboyan Resmi Pasukan Muslim dalam Perang Badar: Ahad... Ahad... Ahad!

Respons Kafir Quraisy

Keluar dari Kakbah, Rasulullah berpidato dan mengadakan beberapa dialog dengan orang-orang Quraisy, kemudian tibalah waktunya untuk salat Zuhur.

Atas perintah Nabi, Bilal bin Rabah naik ke atas Kakbah, menaruh tangan ke telinganya, lalu mengumandangkan azan, irama khasnya kalimat-kalimat yang menegaskan kesaksian akan keesaan Allah dan kenabian Muhammad, yang dahulu sangat diharamkan kaum kafir Quraisy.

“Allahuakbar, Allahuakbar…” Suara Bilal bin Rabah, dan ucapan yang diulang kaum Muslim sesudah mendengar setiap kalimat Azan, terdengar oleh musuh-musuh Tauhid.

Mereka sangat terganggu sehingga Shafwan bin Umayyah dan Khalid bin Usaid berkata, “Syukurlah bahwa moyang kita meninggal tanpa mendengar suara budak Ethiopia ini.”

Ketika mendengar Bilal mengucapkan “Allahuakbar”, Suhail bin ‘Aruar menutup mukanya dengan sapu tangan. Kemudian al-Harits bin Hisyam berkata, “Demi Allah, andaikan saja aku tahu bahwa itu adalah benar, tentu aku akan mengikutinya.”

Mereka tak hanya merasa risau karena mendengar suara Bilal bin Rabah, tetapi juga merasakan siksaan mental karena berbagai bagian dari Azan yang sepenuhnya bertentangan dengan kepercayaan mereka yang turun-temurun.

Sementara itu, Abu Sufyan berkata, “Aku tidak akan mengatakan sesuatu tentang masalah ini, karena petugas bagian informasi Muhammad sangat terampil sehingga aku khawatir kalau-kalau butir pasir di masjid dapat mengabarinya tentang percakapan kita.”

Baca juga: Kisah Bilal Memejamkan Mata ketika Umar bin Khattab Menyebut Dirinya sebagai Pemimpin Kita

Nabi setelahnya kemudian menemui mereka dan berkata, “Aku sudah tahu apa yang kalian ucapkan.”

Lalu beliau memberitahukan apa saja yang mereka ucapkan itu. Al-Harits dan Khalid kemudian berkata, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah Rasul Allah. Demi Allah, tak seorang pun yang mendengar yang kami ucapkan, dan tidak pula kami memberitahukannya kepada seseorang.”

Bilal adalah sebuah contoh, sebuah lambang kesetaraan di dalam Islam. Bilal, yang dulunya seorang budak terhina, kini oleh Islam diakui lebih mulia, lebih bernilai, lebih besar jasanya, dan diperlakukan lebih terhormat dari siapa pun di kalangan ningrat di kalangan masyarakat Arab saat itu.

Bilal tegak berdiri salat di baris terdepan pada deret para bangsawan Quraisy dan Muhajirin. Dia menjadi salah satu tokoh yang dicintai dan cemerlang, sementara tokoh-tokoh yang paling menonjol sebelum kehadiran Islam bahkan pada zaman itu pun, berjajar salat di belakangnya.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 18 April 2025
Imsak
04:28
Shubuh
04:38
Dhuhur
11:55
Ashar
15:14
Maghrib
17:54
Isya
19:03
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan